Definisi
Kata disleksia berakar dari kata Yunani dyslexia, yang tersusun atas awalan “dys” berarti kesukaran dan kata ”lexis” yang berarti berbahasa sehingga makna kata disleksia adalah “kesukaran dalam berbahasa”. Pada kenyataannya kesulitan yang terjadi ternyata tidak hanya pada kegiatan berbahasa saja tetapi juga melibatkan kemampuan berbahasa lain seperti kemampuan membaca, menulis dan bahasa sosial. Kondisi disleksia ini didasari oleh kelainan neurobiologis dimana anak disleksia memiliki perbedaan dalam memproses informasi dalam hal ini berupa informasi bahasa, seperti bagaimana mengambil informasi (input), bagaimana mereka memahami informasi tersebut, mengingatnya, dan mengaturnya dalam pikiran mereka (cognitive processing) sehingga menghasilkan tanggapan (response), serta bagaimana mereka menyampaikan tanggapan tersebut (output).
Walaupun anak disleksia cenderung memiliki kemampuan berbahasa di bawah rata rata atau tidak sesuai dengan usianya, tetapi ternyata anak disleksia memiliki potensi kognitif yang baik. Anak disleksia memiliki tingkat kepandaian yang normal bahkan beberapa diatas rata – rata.
Disleksia dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, etnis dan status sosioekonomi. Penegakan diagnosa menurut DSM V ( Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder V) dilakukan pada usia sekolah yaitu sekitar usia 7 tahun tetapi gejala – gejala yang mengarah pada kemungkinan terjadinya disleksia dapat diketahui jauh sebelum usia tersebut.
Penyebab
Disleksia merupakan kondisi yang diturunkan dalam keluarga. Anak yang lahir dari keluarga dengan gangguan belajar memiliki risiko tinggi untuk mengalami disleksia. Beberapa studi menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada perkembangan otak di dalam janin. Kelainan ini menyebabkan adanya gangguan pada integrasi pada area otak yang bertanggung jawab terhadap bahasa (Wernicke), produksi kata (Broca) dan interkoneksi atau sambungan kedua regio ini pada fasikulus arkuatus. Ketidakmampuan mengidentifikasi kata-kata berasal dari gangguan pada bagian otak lainnya, yaitu girus angular, area oksipital media, dan otak kanan (hemisfer kanan).
Faktor Risiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko mengalami disleksia, antara lain:
- Riwayat keluarga dengan disleksia atau gangguan belajar
- Lahir prematur atau berat bayi lahir rendah
- Paparan nikotin, obat-obatan, alkohol, dan infeksi pada kehamilan yang dapat memengaruhi perkembangan otak anak
- Perbedaan individual pada masing-masing otak manusia
Gejala
Disleksia cukup sulit disadari sebelum anak masuk sekolah, namun beberapa hal di bawah ini dapat menjadi tanda awal disleksia. Setelah anak Anda mencapai usia sekolah, guru anak Anda mungkin dapat menemukan masalah belajar terlebih dahulu. Disleksia akan semakin terlihat setelah anak belajar membaca.
Sebelum Masuk Sekolah
Beberapa tanda yang mengindikasikan disleksia pada anak usia sebelum sekolah (pre-school) adalah:
- Keterlambatan bicara
- Sulit belajar kata yang baru
- Menghadapi masalah untuk membentuk kata dengan benar, seperti membolak-balikkan kata ketika diucapkan atau mengalami kesulitan membedakan kata dengan suara yang sama
- Kesulitan mengingat nama, angka, dan warna
Usia Sekolah
Pada usia sekolah, tanda dan gejala disleksia akan lebih mudah diidentifikasi, antara lain:
- Membaca lebih lambat dibandingkan teman-teman seusianya
- Kesulitan untuk memproses atau memahami kata
- Mengalami kesulitan untuk menemukan jawaban yang benar untuk pertanyaan dan merangkai kalimat
- Kesulitan untuk mengingat
- Kesulitan untukk melihat kesamaan dan perbedaan kata yang mirip
- Tidak dapat mengucapkan kata yang tidak familiar
- Kesulitan mengeja
- Menghambiskan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan tugas membaca dan menulis
- Menghindari aktivitas membaca
Remaja atau Dewasa
Gejala yang dialami oleh remaja dan dewasa dengan disleksia mirip dengan yang dialami pada anak. Beberapa gejalanya antara lain:
- Kesulitan untuk membaca
- Kesulitan untuk menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan aktivitas membaca dan menulis
- Masalah dalam mengeja kata
- Tidak menyukai aktivitas membaca
- Sering salah mengucapkan nama atau benda
- Kesulitan untuk memahami ekspresi atau candaan yang memiliki arti tersirat (idioms)
- Kesulitan untuk merangkum cerita
- Kesulitan untuk mempelajari bahasa baru
- Kesulitan untuk mengingat
- Kesulitan belajar matematika
Diagnosis
Anak yang diduga mengalami gangguan belajar atau disleksia perlu melalui skrining atau pemeriksaan kemampuan membaca, bicara dan bahasa, evaluasi pendengaran, kognitif, dan evaluasi psikologis untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan proses belajar pada anak. Evaluasi tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
Dokter akan menanyakan mengenai keluhan yang dialami oleh anak, kemampuan anak mengikuti pelajaran di sekolah, dan riwayat disleksia atau gangguan belajar lainnya pada keluarga. Dokter juga dapat meminta Anda untuk mengisi beberapa kuesioner untuk skrining kondisi anak Anda. Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan pendengaran dan penglihatan dapat dilakukan sesuai indikasi. Evaluasi kondisi psikologis anak juga perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan kondisi psikis anak juga dapat memperparah kondisi gangguan dalam belajar. Pemeriksaan neurologi (saraf) dapat dilakukan untuk menemukan penyebab sekunder dan untuk menyingkirkan penyebab lainnya seperti kejang.
Tata Laksana
Disleksia merupakan kondisi jangka panjang, namun deteksi dan tata laksana dini dapat meningkatkan keberhasilan anak untuk belajar.
Intervensi Edukasi
Disleksia dapat ditata laksana dengan menggunakan pendekatan dan teknik edukasi. Pelatih atau guru yang melakukan teknik ini akan menggunakan metode untuk melatih pendengaran dan penglihatan untuk meningkatkan kemampuan membaca anak. Tujuan dari teknik edukasi antara lain:
- Membuat anak dapat mengidentifikasi suara dasar untuk membentuk kata (fonem)
- Memahami kata-kata dalam tulisan maupun suara (fonik)
- Mengkomprehensikan apa yang anak baca
- Membaca dengan keras untuk meningkatkan akurasi, kecepatan, dan kelancaran dalam membaca
- Membangun kumpulan kosa kata yang anak mengerti
Komunikasikan kondisi anak Anda dengan guru di sekolahnya untuk membuat rencana yang dapat membantu anak Anda belajar dengan baik.
Untuk Orang Tua
Dukungan Anda merupakan kunci utama kesuksesan anak Anda.
- Lakukan intervensi secara dini. Jika Anda mencurigai anak Anda mengalami disleksia, segera konsultasikan hal tersebut dengan dokter dan guru anak Anda
- Membaca untuk anak Anda. Mulai membacakan buku untuk anak Anda sejak usia 6 bulan atau lebih muda. Ajari anak Anda dengan audiobook dan baca cerita bersama.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat disleksia, antara lain:
- Kesulitan belajar. Karena membaca merupakan keterampilan dasar untuk dapat mengerjakan pekerjaan sekolah, anak dengan disleksia akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas dan mengikuti kegiatan sekolah dibandingkan teman-temannya.
- Masalah sosial. Jika tidak ditangani, kondisi disleksia akan berujung pada kurangnya kepercayaan diri, masalah kepribadian, ansietas (kecemasan), dan menarik diri dari teman, lingkungan, serta guru.
- Masalah ketika dewasa. Ketidakmampuan anak untuk membaca dan mengkomprehensikan pengetahuan yang dimiliki dapat menghambat anak untuk mencapai potensi maksimalnya ketika dewasa. Hal ini dapat berdampak pada masa depannya dalam aspek edukasi, sosial, dan ekonomi.
Anak dengan disleksia memiliki risiko tinggi menyandang attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), begitu pula sebaliknya. ADHD menyebabkan anak sulit berkonsentrasi dan juga memiliki perilaku impulsif serta hiperaktif, yang menyebabkan disleksia semakin sulit ditangani.
Pencegahan
Kondisi disleksia tidak dapat dicegah, namun deteksi dan intervensi dini dapat mencegah anak mengalami komplikasi yang lebih berat. Anak dengan disleksia yang mendapatkan penanganan pada usia TK hingga kelas 1 dapat meningkatkan kemampuan membacanya sehingga dapat belajar dengan baik hingga tingkat lanjut. Sedangkan, anak dengan disleksia yang tidak mendapatkan bantuan hingga usia yang lebih tua akan mengalami kesulitan bermakna di sekolah. Anak dengan disleksia mungkin akan selalu kesulitan membaca namun dengan penanganan dini, anak dapat menemukan strateginya sendiri agar dapat meningkatkan kualitas belajar dan kualitas hidupnya.
Kapan harus ke dokter?
Walaupun sebagian besar anak mulai belajar membaca pada waktu TK dan kelas 1 SD, anak dengan disleksia tidak dapat memahami konsep dasar dari membaca seperti teman-temannya yang lain. Konsultasikan masalah anak Anda jika Anda mendapati kemampuan membaca anak Anda tidak seperti teman-teman seusianya atau jika anak Anda memiliki gejala disleksia. Keterlambatan menatalaksana disleksia dapat menyulitkan anak mencapai potensi maksimalnya ketika dewasa.
Ingin tahu informasi tentang berbagai penyakit lainnya? Anda bisa cek artikelnya di sini!
- dr Nadia Opmalina