Anda pasti sudah sering mendengar istilah kalori. Bagi yang sedang menjalankan diet atau mengatur pola makan mungkin mengingat berapa kalori dari makanan yang dikonsumsi hari ini. Banyak orang yang menganggap kalori adalah hal yang buruk dan harus dihindari. Padahal tubuh membutuhkan kalori untuk beraktivitas sehari-hari. Selain itu, masih banyak lagi mitos seputar kalori yang perlu diluruskan di masyarakat. Yuk simak ulasannya!
Mitos keliru seputar kalori
1. Kalori sebagai patokan makanan sehat
Banyak orang yang beranggapan bahwa selama makanan yang dikonsumsi di batas kalori yang aman, maka makanan tersebut termasuk makan sehat. Mitos ini banyak dianut oleh orang yang mencoba makan makanan sehat. Tetapi para ahli tidak mendukung pemahaman tersebut. Dilansir dari Everyday Health, Anda tidak bisa menyamakan 100 kalori pada salmon dengan 100 kalori pada soda. Meskipun secara jumlah kalori sama, namun secara nutrisi salmon tentu lebih menyehatkan dibandingkan soda. Sehingga meskipun memiliki jumlah kalori sama, jika yang Anda butuhkan adalah makanan sehat, sebaiknya Anda memilih salmon daripada minuman bersoda.
2. Beberapa makanan memiliki kalori negatif
Sejumlah makanan sehat seperti seledri, mentimun dan sayuran yang kaya akan kandungan air sering dianggap memiliki angka kalori negatif. Namun tentunya hal ini dibantah oleh para pakar. Semua makanan mengandung kalori atau unit energi, dalam artian semua makanan bisa menjadi sumber energi, termasuk makanan yang kaya akan kandungan air. Hingga kini, belum ditemukan satu jenis makanan yang memiliki kandungan kalori negatif.
3. Penghitung kalori selalu akurat
Untuk Anda yang sedang diet dengan taret membakar sejumlah kalori, biasanya Anda mengandalkan hitungan kalori pada fitur penghitung kalori pada smartwatch, treadmill dan peralatan olahraga lainnya. Saat ini juga telah banyak aplikasi penghitung kalori yang bisa diunduh di ponsel sehingga Anda bisa memperhitungkan kalori yang terbakar saat berolahraga. Namun, tidak semua penghitung kalori pada peralatan fitness trackers Anda akurat.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personalized Medicine, keakuratan alat pelacak kalori pada perangkat olahraga dan smartwatch cenderung meleset hingga 27 persen. Selisih angka yang cukup signifikan ini jika tidak dikontrol dengan baik justru dapat mengganggu diet Anda. Karenanya, para pakar kebugaran menyarankan untuk tidak menggunakan fitur tersebut sebagai acuan terutama jika Anda sedang menjalani program diet.
4. Kalori hanya terbakar saat berolahraga
Kalori Anda terbakar paling banyak saat berolahraga atau melakukan aktivitas yang berat. Semakin banyak aktivitas yang Anda lakukan, maka kalori yang terbakar juga akan semakin banyak. Kalori yang terbakar saat Anda berlari tentu akan lebih banyak dari ketika Anda sedang berjalan santai. Namun bukan berarti ketika Anda tidak melakukan aktivitas apa-apa maka tidak ada kalori yang terbakar. Tubuh Anda tetap memerlukan kalori untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti jalan kaki, makan, mencuci piring, bahkan ketika sedang tidur.
5. Membakar 3.500 kalori = berat badan turun 450 gram
Anda mungkin sering mendengar bahwa 3.500 kalori setara dengan 1 pound lemak atau sekitar 450 gram. Dengan membakar 3500 kalori per hari maka berat badan Anda telah berkurang sebanyak 450 gram. Konsep ini memang memudahkan Anda menghitung berapa kalori yang sudah Anda bakar per hari, namun faktanya penurunan berat badan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Dikutip dari Livestrong, jumlah kalori yang dibutuhkan seseorang untuk menurunkan 1 kilogram berat badan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, jenis kegiatan, gaya hidup, pilihan makanan dan metabolisme tubuh sehingga angka 3.500 kalori tidak dapat dijadikan acuan. Agar penurunan berat badan lebih terukur, maka sebaiknya konsultasikan dengan personal trainer atau ahli gizi Anda.
Writer: Ratih
Edited by: dr. Benita Arini Kurniadi
Last updated: 23/09/2021