Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

Bagikan :


Definisi

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit pernapasan yang dapat bersifat fatal. SARS pertama kali di Cina pada tahun 2002, dan menyebar ke seluruh dunia setelah beberapa bulan. Penyebaran SARS melibatkan wisatawan yang tidak menyadari bahwa mereka membawa penyakit tersebut. Semenjak tahun 2004, tidak ada laporan kasus SARS sama sekali di seluruh dunia.

Penyebab

SARS disebabkan oleh virus yang bersal dari kelompok Coronavirus, yang dinamakan SARS-associated Coronavirus (SARS-CoV). Virus ini merupakan kelompok virus yang pada umumnya menyebabkan selesma (common cold). Virus-virus ini sebagian besar tidak berbahaya, namun SARS adalah kumpulan gejala yang sangat berbahaya dan berpotensi mengancam nyawa. Kelompok virus ini dapat pula menyebabkan penyakit yang parah pada hewan, sehingga ada dugaan bahwa virus SARS merupakan hasil penularan dari hewan. Kemungkinan besar, virus ini berubah dan menginfeksi berbagai hewan sebelum akhirnya menginfeksi manusia.

Virus-virus pada kelompok Coronavirus, termasuk SARS, menyebar melalui droplet atau tetesan air yang keluar dari saluran pernapasan manusia saat batuk, bersin, dan berbicara. Sebagian besar ahli menyetujui bahwa SARS terutama ditularkan lewat kontak erat, misalnya merawat orang dengan SARS. Virus ini juga dapat menular lewat permukaan benda yang terpapar, seperti gagang pintu, telepon, dan tombol lift.

Faktor Risiko

Faktor risiko SARS adalah paparan terhadap virus melalui kontak erat dengan orang yang terinfeksi SARS, seperti anggota keluarga, serta orang-orang yang berisiko tinggi tertular virus, seperti tenaga kesehatan. Faktor risiko lainnya dapat mempengaruhi keparahan penyakit. Misalnya, orang dengan usia lanjut (di atas 65 tahun) yang mengalami penyakit SARS memiliki angka kematian di atas 50%.

Gejala

SARS biasanya diawali dari gejala mirip flu seperti demam, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, dan kadang disertai dengan diare. Setelah 2-7 hari, tanda dan gejala yang muncul dapat berupa demam dengan suhu 38 derajat Celsius atau lebih, batuk kering, dan sesak napas. Batuk pada SARS pada umumnya tidak disertai dengan dahak. Gejala lainnya dapat berupa rasa lelah, pusing, mual, dan muntah.

Diagnosis

Gejala SARS mirip dengan pneumonia atau radang paru yang disebabkan oleh infeksi. Riwayat perjalanan atau berkontak dengan orang lain dengan gejala serupa pada daerah yang mengalami wabah dapat menjadi petunjuk seseorang mengalami SARS. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan pada dada menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi napas. Selain itu, pemeriksaan lainnya dapat dilakukan untuk mengarahkan diagnosis kepada SARS, seperti pemeriksaan laboratorium dan pencitraan.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dapat berupa analisis gas darah, tes pembekuan darah, pemeriksaan kimia darah (seperti fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah, dan elektrolit), dan pemeriksaan darah lengkap. Sementara itu, pemeriksaan pencitraan dapat berupa foto rontgen dada atau computed tomography scan (CT scan), tergantung ketersediaan fasilitas. Pencitraan ini bertujuan untuk melihat tampakan paru-paru.

Tes-tes di atas hanya dapat mengarahkan diagnosis ke SARS, namun diagnosis SARS secara pasti dapat dilakukan dengan beberapa tes lainnya. Tes ini dapat berupa tes antibodi, yang mengukur sel-sel kekebalan tubuh untuk virus SARS, isolasi virus, serta deteksi materi genetik virus dengan metode polymerase chain reaction (PCR).

Tata Laksana

Seseorang yang diduga mengalami SARS harus diperiksa dan ditata laksana sedini mungkin. Tidak hanya itu, orang dengan SARS perlu diisolasi atau menjalani karantina di rumah sakit. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah penularan SARS. Selama di rumah sakit, penanganan dapat berupa tata laksana pendukung dan antibiotik.

Tata laksana pendukung berfungsi untuk menjaga agar pasien tetap hidup dan dalam keadaan stabil hingga kondisi membaik. Tata laksana ini dapat berupa pemberian oksigen, alat bantu napas, dan terapi dada. Terapi dada merupakan sekumpulan cara yang dilakukan untuk mengalirkan dahak dari paru, dan mellibatkan gerakan menepuk dada, memberikan getaran pada dada, menarik napas dalam, berdeham, serta batuk.

Antibiotik pada SARS digunakan untuk menangani pneumonia, karena seluruh orang yang datang dengan keluhan batuk, demam, dan sesak napas perlu dianggap sebagai pneumonia akibat bakteri sampai terbukti bukan. Selain itu, antibiotik digunakan untuk menangani pneumonia yang disebabkan oleh bakteri yang menumpang lewat infeksi virus SARS.

Pada beberapa kasus parah, cairan bening pada darah (plasma) orang yang sudah sembuh dari penyakit SARS digunakan untuk terapi.

Komplikasi

Orang yang terinfeksi SARS seringkali mencapai pneumonia, dan gangguan napas dapat menjadi sangat parah hingga alat bantu napas dibutuhkan. SARS biasanya mematikan karena menyebabkan gagal napas. Komplikasi lainnya dapat berupa gagal hati, gagal jantung, dan gagal ginjal. Biasanya, kegagalan organ terjadi akibat kurangnya oksigen yang beredar dalam tubuh, akibat jaringan paru yang rusak pada penyakit SARS.

Pencegahan

Pencegahan severe acute respiratory syndrome (SARS) mirip dengan penyakit pernapasan lainnya, yaitu sebagai berikut:

  • Rajin mencuci tangan. Cucilah tangan Anda dengan sabun dan air hangat atau gunakan hand sanitizer berbasis alkohol, yang setidaknya mengandung 60% alkohol
  • Menggunakan sarung tangan sekali pakai. Jika Anda berkontak dengan cairan tubuh atau kotoran penderita, sebaiknya Anda menggunakan sarung tangan sekali pakai. Setelah selesai, buanglah sarung tangan tersebut dan cucilah tangan Anda dengan teliti
  • Menggunakan masker. Jika Anda berada dalam satu ruangan dengan penderita SARS, tutupilah mulut dan hidung Anda dengan masker, minimal masker bedah. Penggunaan kacamata juga dapat membantu mencegah penularan SARS
  • Menerapkan etika batuk. Etika batuk dan bersin dilakukan dengan mengarahkan hidung dan mulut ke bagian dalam siku pada saat batuk atau bersin. Hal ini dapat mencegah penularan SARS, karena tetesan air yang keluar saat seseorang batuk atau bersin sangat berpotensi tinggi menginfeksi
  • Mencuci barang-barang pribadi. Gunakan sabun dan air hangat untuk mencuci alat dapur, alat makan, handuk, seprai, dan baju penderita SARS. Jangan pernah menggabungkan makanan, minuman, dan alat makan orang yang sehat dengan penderita SARS
  • Desinfeksi permukaan benda. Gunakan desinfektan untuk membersihkan permukaan benda yang mungkin terpapar keringat, ludah, lendir, muntahan, kencing, atau kotoran penderita. Gunakan sarung tangan sekali pakai saat membersihkan benda-benda tersebut, dan buanglah sarung tangan tersebut setelah selesai

Pencegahan ini sebaiknya dilakukan hingga minimal 10 hari setelah tanda dan gejala penderita hilang. Jika Anda memiliki anak, sebaiknya anak Anda tidak masuk sekolah apabila mengalami demam atau gejala pernapasan seperti batuk, pilek, atau sesak napas dalam 10 hari setelah berkontak dengan penderita SARS.

Kapan harus ke dokter?

SARS merupakan kondisi parah yang berpotensi mengancam nyawa. Jika Anda mengalami tanda dan gejala infeksi pernapasan atau mengalami gejala mirip flu setelah berwisata keluar negeri, sebaiknya Anda berkonsultasi pada dokter. Gejala mirip flu dapat berupa demam, menggigil, nyeri kepala, nyeri otot, dan kadang disertai dengan mual dan muntah. Jika Anda baru saja berkontak dengan orang yang memiliki SARS, sebaiknya Anda berkonsultasi pada dokter terkait pemantauan yang perlu Anda lakukan untuk mencegah penularan SARS lebih lanjut.

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Rabu, 2 Maret 2022 | 08:47

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Retrieved 25 February 2022, from https://www.who.int/health-topics/severe-acute-respiratory-syndrome#tab=tab_1

Severe acute respiratory syndrome (SARS) - Symptoms and causes. (2021). Retrieved 25 February 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sars/symptoms-causes/syc-20351765

Severe acute respiratory syndrome (SARS): MedlinePlus Medical Encyclopedia. (2022). Retrieved 25 February 2022, from https://medlineplus.gov/ency/article/007192.htm