Pria memiliki dua testis yang terbungkus di dalam skrotum. Organ yang menjadi bagian dari sistem reproduksi pria ini sangat penting karena bertugas memproduksi sperma dan hormon seksual seperti testosteron.
Normalnya, testis menggantung di kantung kulit di bawah penis. Namun, ada suatu kondisi di mana testis tidak melekat dengan baik sehingga dapat menyebabkannya terpelintir.
Penyebab Torsio Testis
Terpelintirnya testis disebut dengan istilah medis torsio testis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
- Kondisi bawaan lahir
Torsio testis bisa terjadi sebagai kondisi bawaan lahir, di mana bayi mungkin mengalaminya. Ketika testis tidak menempel dengan benar pada skrotum, testis dapat bergerak dan berputar. Gerakan memutar tersebut dapat memotong suplai darah dan bisa menyebabkan testis mati. Torsio testis bawaan lahir bisa dialami satu atau kedua testis.
- Cedera saat berolahraga
- Memiliki keluarga dengan riwayat yang sama
- Pernah mengalami testis yang terpelintir
Baca Juga: Cara Mendeteksi Dini Kanker Testis
Tanda-Tanda Torsio Testis
Torsio testis atau terpelintirnya testis kerap ditandai dengan beberapa gejala sebagai berikut:
- Rasa sakit yang parah dan mendadak di bagian skrotum
- Skrotum mengalami pembengkakan
- Nyeri perut
- Mual dan muntah
- Testis yang lebih tinggi daripada posisi seharusnya
- Keinginan buang air kecil yang lebih sering
- Demam
Pada bayi, torsio testis juga mungkin disertai dengan gejala lain, di antaranya:
- Kemerahan di area skrotum
- Skrotum terasa lembek
- Memar pada skrotum
- Rasa nyeri di area selangkangan
Baca Juga: 6 Hal yang Menyebabkan Gatal di Testis, Apa Saja?
Bagaimana Mengatasi Torsio Testis?
Terpelintirnya testis adalah kondisi yang darurat. Anak maupun orang dewasa yang mengalami torsio testis sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan evaluasi dan pertolongan darurat.
Umumnya pemeriksaan medis seperti tes urine dan USG skrotum dibutuhkan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah ada kemungkinan infeksi pada saluran kemih dan bagaimana aliran darah pada testis.
Setelah itu, dokter mungkin akan menyarankan operasi sesegera mungkin untuk mengembalikan testis pada posisi semula. Operasi biasanya dilakukan di bawah pembiusan total karena dokter harus membuat sayatan pada skrotum dan melepaskan bagian yang terpelintir. Jika diperlukan dokter juga akan melakukan jahitan ke bagian dalam skrotum.
Makin parah keluhan torsio testis, maka makin cepat perawatan yang dibutuhkan. Untuk mengurangi risiko masalah jangka panjang, pembedahan harus dilakukan dalam waktu 6 jam setelah gejala dirasakan.
Setelah operasi dilakukan, skrotum membutuhkan waktu untuk sembuh sehingga Anda mungkin perlu minum obat pereda nyeri selama beberapa hari. Dalam beberapa hari hingga satu minggu, Anda sudah bisa kembali berkegiatan namun disarankan menghindari aktivitas berat atau olahraga hingga beberapa minggu.
Torsio testis yang dibiarkan tanpa pertolongan dini dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi, gangguan kesuburan, penyusutan testis hingga matinya testis. Untuk itu, bila gejala di atas dirasakan sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Memiliki keluhan lain terkait dengan testis atau organ reproduksi lainnya? Konsultasikan dengan dokter ahli melalui aplikasi Ai Care yang bisa diunduh di ponsel Anda.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr. Monica Salim
Erica Roth (2019). Testicular Torsion. Available from: https://www.healthline.com/health/testicular-torsion
Urology Care Foundation. What is Testicular Torsion?. Available from: https://www.urologyhealth.org/urologic-conditions/testicular-torsion
Cleveland Clinic (2022). Testicles. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/body/23964-testicles
Children's National. Pediatric Testicular Torsion. Available from: https://childrensnational.org/visit/conditions-and-treatments/urology/testicular-torsion
Mayo Clinic (2022). Testicular torsion. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/testicular-torsion/diagnosis-treatment/drc-20378274