Berbeda pendapat dan beradu argumen adalah hal yang biasa di dalam rumah tangga. Namun, Anda perlu mengenali perbedaan antara adu argumen dan verbal abuse.
Apa itu Verbal Abuse?
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bukanlah perkara kekerasan fisik saja. KDRT bisa meliputi kekerasan seksual, kekerasan psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga yang bisa termasuk pemaksaan, ancaman serta kekerasan verbal.
Kekerasan verbal (verbal abuse) mungkin dianggap tidak seberat kekerasan seksual. Namun, walaupun tidak memiliki dampak pada fisik tubuh, kekerasan verbal tetaplah hal yang serius.
Kekerasan verbal termasuk jenis pelecehan emosional. Kata-kata kasar dan tidak menyenangkan dikatakan berulang kali untuk menyerang, mendominasi, mengejek, memanipulasi, atau merendahkan orang lain. Kekerasan verbal berdampak negatif terhadap diri, dapat menyebabkan trauma dan menyakiti korban.
Baca Juga: Tanda-Tanda Seseorang Mungkin Mengalami KDRT
Kekerasan Verbal Tidak Sama dengan Adu Argumentasi
Adu argumentasi adalah hal yang umum dalam sebuah pernikahan. Masing-masing orang mungkin memiliki pendapat yang berbeda. Tetapi perbedaan pendapat tersebut tidak akan membuat orang lain tersakiti, termanipulasi dan merasa direndahkan.
Ciri-ciri argumentasi yang normal adalah:
- Tidak memanggil seseorang dengan julukan nama untuk menyerang dirinya secara pribadi.
- Argumen tidak terjadi setiap hari.
- Argumen hanya berputar sekitar masalah dasar.
- Berusaha mendengarkan dan memahami posisi orang lain walaupun sedang marah.
- Anda mungkin berteriak atau mengatakan sesuatu yang buruk, namun kejadian tersebut sangat jarang terjadi dan Anda bersama pasangan selanjutnya bekerja sama untuk menyelesaikan masalah.
- Tidak ada yang menang atau kalah dalam adu argumen, setiap orang akan berusaha untuk saling berkompromi.
- Hidup tetap berlanjut tanpa adanya hukuman atau ancaman dari pasangan.
Baca Juga: Waspadai Tanda-Tanda Awal Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Tanda-Tanda Kekerasan Verbal
Tidak mudah membedakan adu argumen yang masih tergolong normal dengan kekerasan verbal. Kekerasan verbal memiliki beberapa ciri, di antaranya:
- Memanggil nama julukan
Bagi sebagian orang nama julukan mungkin terkesan romantis atau dekat, namun nama julukan yang digunakan dalam kekerasan verbal biasanya memakai bahasa yang merendahkan harga diri. Nama julukan dipakai sebagai metode untuk meremehkan.
- Merendahkan
Adanya upaya merendahkan, menghina, sarkas dan menggurui yang membuat pelaku merasa superior dalam kekerasan verbal.
- Tidak ada kritik yang membangun
Tidak ada yang salah dengan kritik yang membangun, namun dalam kekerasan verbal satu pihak memberikan kritik sangat keras dan berupaya mengikis harga diri. Kritik yang diberikan hanya bertujuan untuk melukai dan tidak membuat pihak lainnya menjadi lebih baik.
- Upaya menghina dan menimbulkan rasa malu
Pelaku kekerasan verbal menggunakan penghinaan dan ingin menimbulkan rasa malu untuk merendahkan dan menggerogoti kepercayaan lawan bicara.
- Manipulasi
Upaya manipulasi dilakukan tanpa membuatnya menjadi perintah langsung. Hal ini dimaksudkan untuk mengendalikan dan membuat posisi menjadi tidak seimbang.
- Menyalahkan
Dalam adu argumen meskipun ada perbedaan pendapat namun tidak ada yang upaya menyalahkan. Berbeda dengan verbal abuse, di mana orang yang suka melecehkan secara verbal cenderung menyalahkan lawan bicara.
- Menuduh
Pada kekerasan verbal, pelaku cenderung menuduh dan menyalahkan atas sesuatu yang mungkin tidak dilakukan.
- Menolak berbicara
Pelaku kekerasan verbal cenderung menolak berbicara, menolak menatap, bahkan menolak berada di ruangan yang sama untuk menarik perhatian lawan bicara.
- Gaslighting
Adanya upaya gaslighting untuk membuat Anda meminta maaf untuk hal yang tidak Anda lakukan.
- Argumen berbelit-belit
Dalam adu argumen, topik yang dibahas terbatas pada satu topik saja. Dalam kekerasan verbal, pelaku akan berusaha membuat argumen yang berbelit-belit dan membingungkan. Argumen lama bisa terus-menerus diulang hanya untuk membuat Anda marah.
- Adanya ancaman
Pelaku kekerasan verbal tidak segan untuk memberikan ancaman untuk menakuti lawan bicara.
Ketika adu argumen lebih terasa seperti kekerasan verbal, bicarakan dengan pasangan. Bila hal tersebut tidak membaik, cari pertolongan dari keluarga atau hubungi hotline kontak SAPA 122 atau nomor WhatsApp layanan pengaduan SAPA 129 di 08111129129.
Mau tahu tips dan trik kesehatan, pertolongan pertama, dan home remedies lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma