Botox Ketiak untuk Mencegah Keringat Berlebih, Efektifkah?

Botox Ketiak untuk Mencegah Keringat Berlebih, Efektifkah?
Ilustrasi keringat berlebih

Bagikan :


Berkeringat adalah proses alamiah pada manusia untuk menurunkan suhu badan. Namun ketika seseorang mengalami keringat berlebih, tentunya dapat membuat seseorang menjadi tidak percaya diri. Terutama jika keringat berlebih juga diiringi dengan bau badan tidak sedap. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi keringat berlebih dan bau badan adalah dengan suntik botox di area ketiak.

 

Cara Kerja Botox untuk Keringat Berlebih

Botox adalah perawatan yang dilakukan dengan menyuntikkan protein neurotoksik Botulinum toxin yang dihasilkan dari bakteri Clostridium botulinum. Botox bekerja dengan menghalangi sinyal dari saraf yang menyebabkan kontraksi otot sehingga otot akan rileks.

Suntik botox biasanya digunakan dalam perawatan kecantikan untuk mengencangkan otot wajah yang mulai tampak kendur dan muncul garis-garis halus. Selain untuk perawatan kecantikan, suntik botox juga dapat dilakukan untuk mengatasi beberapa masalah kesehatan seperti:

  • Migrain
  • Otot kejang dan kaku
  • Mata malas
  • Keringat berlebih (hiperhidrosis)

Dalam penggunaan botox untuk hiperhidrosis, dokter atau perawat akan menyuntikkan botox ke kelenjar keringat untuk menghambat pelepasan neurotransmitter asetilkolin, yang mengikat kelenjar keringat untuk memberi sinyal pelepasan keringat.

Saat suhu tubuh meningkat, sistem saraf akan mengaktifkan kelenjar keringat untuk mendinginkan suhu tubuh. Ini merupakan cara tubuh mendinginkan diri secara otomatis. Namun pada orang yang mengalami hiperhidrosis, saraf akan memberi sinyal pada kelenjar keringat sehingga kelenjar keringat bekerja terlalu aktif. Akibatnya tubuh akan mengeluarkan keringat berlebih.

Ketika Anda menerima suntikan botox di area ketiak, saraf yang terlalu aktif akan lumpuh sehingga tidak dapat memberi sinyal pada kelenjar keringat. Saat kelenjar keringat tidak menerima sinyal dari saraf, kelenjar tidak akan melepaskan keringat. Inilah mekanisme botox untuk mencegah keringat berlebih, namun perlu diketahui bahwa bootox hanya mencegah keringat di area tertentu tempat suntikan botox dilakukan. 

Baca Juga: Ketahui Efek Samping Prosedur Botox

 

Efektifkah Suntik Botox untuk Keringat Berlebih?

Sejumlah penelitian mengungkapkan manfaat botox untuk mengatasi keringat berlebih. Dilansir dari Medical News Today, pengobatan hiperhidrosis menggunakan botox telah disetujui oleh The United States Food and Drug Administration (FDA).

Suntikan botox pada ketiak dapat mengurangi keringat pada ketiak hingga 82-87%. Hasil suntikan botox dapat bertahan 4-12 bulan, lebih lama dari efek suntikan botox untuk memperkencang wajah.

Namun, menurut para ahli, suntikan botox bukanlah solusi permanen untuk mengatasi keringat berlebih. Jika satu kali perawatan berlangsung sekitar 4-12 bulan, maka untuk mendapatkan solusi permanen perlu mendapat suntikan berkelanjutan.

Baca Juga: Bolehkah Ibu Hamil Melakukan Perawatan Botox?

 

Risiko dan Efek Samping Botox untuk Keringat Berlebih

Perawatan botox untuk mengatasi keringat berlebih terbilang aman dan minim risiko. Namun seperti halnya tindakan medis lainnya, perawatan ini juga memiliki efek samping. Beberapa efek samping yang dilaporkan antara lain:

  • Kemerahan
  • Iritasi
  • Memar
  • Nyeri ringan di tempat suntikan

Keluhan ini umumnya berlangsung 1-2 hari dan dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus khusus yang jarang terjadi, pasien juga dapat mengalami kesulitan menelan atau bernapas. 

 

Mengatasi hiperhidrosis dengan botox merupakan perawatan yang efektif, namun tidak bersifat permanen. Suntikan botox juga termasuk  perawatan yang tidak murah.

Jika Anda mengalami masalah keringat berlebih, periksakan ke dokter untuk mendapat penanganan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Anda. Anda juga bisa memanfaatkan fitur konsultasi pada aplikasi Ai Care yang bisa diunduh di App Store maupun Play Store

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : Ratih AI Care
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Minggu, 6 Oktober 2024 | 21:35