Hampir semua orang memiliki pengalaman dengan marah, termasuk Anda, bukan?
Intensitas kemarahan dapat beragam, tergantung pada kekesalan yang dialami, mulai dari yang ringan hingga ekstrem. Kemarahan itu sendiri bukanlah masalah utamanya, karena sebenarnya marah adalah respon alami terhadap ancaman yang dirasakan. Kemarahan dapat menyebabkan tubuh melepaskan adrenalin, membuat otot-otot menegang, dan meningkatkan detak jantung serta tekaman darah. Indera menjadi lebih tajam, wajah dan tanganpun memerah.
Kemarahan akan menjadi masalah apabila Anda tidak mengelolanya dengan cara yang sehat.
Penyebab kemarahan
Kemarahan adalah emosi yang dapat dipicu oleh berbagai penyebab. Menurut Verywellmind, berikut adalah beberapa penyebab kemarahan:
- Adanya konflik mendasar yang belum terselesaikan
- Merasa tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan adil
- Merasa terancam
- Disakiti secara fisik
- Merasa putus asa
- Merasa tidak berdaya
- Mengalami tingkat stres atau kecemasan yang tinggi
Efek samping kemarahan
Kemarahan yang tidak ditangani dengan baik, memicu pelepasan zat kimia yang menyebabkan stres di dalam tubuh. Stres dapat mengganggu metabolisme yang pada akhirnya menyebabkan gangguan kesehatan.
Dilansir Betterhealth, berikut adalah beberapa gangguan kesehatan yang dipicu oleh manajemen kemarahan yang buruk:
- Sakit kepala
- Gangguan pencernaan, seperti misalnya sakit perut
- Insomnia
- Peningkatan gangguan kecemasan
- Depresi
- Tekanan darah tinggi
- Gangguan kulit, seperti neurodermatitis
- Serangan jantung
Manajemen kemarahan
Penelitian menunjukkan bahwa mengekspresikan kemarahan secara tidak tepat, termasuk menahan amarah dapat berbahaya bagi kesehatan. Menekan kemarahan dapat memperburuk rasa sakit kronis, sementara mengekspresikannya dapat membantu mengurangi rasa sakit.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi kemarahan?
Dilansir Healthline, berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengontrol kemarahan agar tidak memicu gangguan pada kesehatan Anda:
Teknik relaksasi
Teknik bernapas akan membantu Anda lebih relaks. Ketika Anda menarik napas dalam-dalam melalui paru-paru, dan menghembuskannya secara perlahan, maka seluruh tubuh Anda akan dituntun untuk menjadi relaks.
Restrukturisasi kognitif
Ketika sedang marah, ada kecenderungan seseorang akan berpikir secara dramatis sehingga kemarahan bisa menjadi lebih besar dan menjadi-jadi. Sangatlah penting untuk tetap fokus dan berpikir rasional saat mengekspresikan
Anda juga disarankan untuk menghindari penggunaan kata 'selalu' dan 'tidak pernah' dalam pikiran dan ucapan, karena istilah-istilah tersebut tidak akurat dan membuat Anda merasa kemarahan Anda beralasan sehingga dapat membuatnya lebih buruk. Kata-kata tersebut juga dapat menyakiti orang lain yang mungkin mencoba membantu Anda menemukan solusi atas masalah Anda.
Penyelesaian masalah
Kemarahan dapat disebabkan oleh masalah yang belum terselesaikan atau ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana. Bukan kemarahan yang akan membantu Anda memperbaiki masalah, namun fokuslah pada mencari cara untuk mengatasi masalah tersebut.
Ketika cara penyelesaian masalah tidak seperti yang direncanakan, tidak perlu marah, lakukan saja yang terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Berkomunikasi
Ketika sedang marah, orang cenderung terlalu cepat membuat kesimpulan, yang tentu saja belum tentu tepat. Berhentilah sejenak dan berikan waktu pada orang lain atau diri Anda untuk menyelesaikan argumentasi sebelum melompat ke kesimpulan masalah. Komunikasi yang baik akan membantu memecahkan masalah sebelum kemarahan meningkat.
Apabila Anda mengalami kesulitan untuk mengontrol amarah dan bahkan teknik bernapas tidak membantu Anda rileks, maka inilah saat yang tepat untuk meminta bantuan psikolog atau psikiater untuk menemukan penyebab utamanya. Terapi juga dapat membantu Anda memanajemen kemarahan dengan lebih baik, karena membiarkan kemarahan tak terkontrol dapat menghancurkan kebahagiaan hidup Anda.
- dr Hanifa Rahma