Penyakit Japanese encephalitis (JE) adalah penyakit infeksi virus Japanese encephalitis yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan di beberapa negara di Asia termasuk Indonesia. Di tahun 2016, Indonesia melaporkan kasus Japanese encephalitis sebanyak 326 kasus dengan kasus terbanyak di Provinsi Bali sebanyak 226 kasus.
Orang yang terinfeksi Japanese encephalitis biasanya hanya menunjukkan gejala ringan atau tidak menunjukkan gejala sama sekali. Namun penyakit ini dapat menyebabkan radang otak atau ensefalitis yang parah. Penyakit ini juga berisiko tinggi menyebabkan kematian hingga 20-30%.
Hingga kini belum ada obat khusus untuk penyakit Japanese encephalitis. Salah satu langkah pencegahan yang penting adalah dengan melakukan pemberian vaksin Japanese encephalitis.
Siapa yang Memerlukan Vaksin Japanese Encephalitis?
Dilansir dari laman Healthy Children, para wisatawan memiliki risiko yang rendah untuk terkena penyakit ini. Namun menurut WHO, para wisatawan yang akan tinggal di daerah endemik selama lebih dari 1 bulan sebaiknya mendapatkan vaksin tersebut.
Risiko tertinggi untuk terkena penyakit Japanese encephalitis ada pada orang yang tinggal dalam daerah endemik dimana masih terdapat kasus japanese encephalitis meskipun rendah. Untuk itu, IDAI merekomendasikan pemberian vaksin Japanese encephalitis sejak bayi berusia 9 bulan.
Ketika anak memasuki usia 2-3 tahun, Anda bisa melakukan pemberian vaksin dosis 2 (booster).
Pada orang dewasa, vaksin Japanese encephalitis bisa diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
- Vaksin diberikan pada usia 18-65 tahun
- Vaksin akan diberikan 2 kali, dengan jarak vaksin kedua paling cepat 7 hari setelah vaksin pertama dan paling lambat 28 hari setelah vaksin pertama
- Pemberian vaksin kedua 1 minggu sebelum berangkat ke daerah endemis
- Vaksin booster dapat diberikan jika anak sudah menerima 2 vaksin sebelumnya
Siapa yang Tidak Boleh Mendapatkan Vaksin Japanese Encephalitis?
Vaksin Japanese encephalitis berisi virus atau bakteri yang dilemahkan. Vaksin ini aman diberikan untuk bayi dan dewasa, namun ada beberapa kelompok yang tidak dianjurkan mendapatkan vaksin Japanese encephalitis, yaitu:
- Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah (immunocompromised)
- Ibu hamil
- Bayi yang berusia kurang dari 9 bulan
- Orang yang memiliki alergi
Apabila Anda memiliki alergi, sebaiknya konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu apakah boleh menerima vaksin Japanese encephalitis.
Efek Samping Vaksin Japanese Encephalitis
Seperti halnya pemberian vaksin lainnya, vaksin Japanese encephalitis dapat menimbulkan efek samping berupa:
- Demam ringan
- Nyeri, bengkak dan kemerahan di area suntikan
- Kepala pusing dan nyeri otot, biasa dialami oleh orang dewasa
Efek samping yang berat jarang sekali terjadi sehingga secara umum pemberian vaksin ini dianggap aman dan memiliki manfaat lebih besar jika dibandingkan dengan risiko infeksi yang dialami.
Pencegahan Infeksi Virus Japanese Encephalitis
Selain dengan vaksinasi, upaya pencegahan infeksi virus Japanese encephalitis yang bisa dilakukan adalah dengan mencegah gigitan nyamuk. Beberapa upaya yang bisa Anda lakukan di antaranya:
- Mengenakan pakaian lengan panjang
- Mengoleskan losion atau spray antinyamuk
- Menyingkirkan habitat nyamuk
- Memasang tirai penghalang nyamuk
- Menghindari bepergian ke area sarang nyamuk
Indonesia termasuk negara endemik kasus Japanese encephalitis. Untuk mengoptimalkan perlindungan terhadap infeksi virus, Anda dapat melakukan vaksinasi Japanese encephalitis. Konsultasikan ke dokter mengenai dosis dan jadwal pemberian vaksin terutama jika Anda ingin bepergian ke daerah yang memiliki kasus Japanese encephalitis.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina