Hipoksia

Bagikan :


Definisi

Ketika tubuh Anda tidak memiliki cukup oksigen, Anda bisa mengalami hipoksemia atau hipoksia. Keduanya adalah kondisi yang berbahaya. Tanpa oksigen, otak, hati, dan organ lainnya dapat rusak hanya dalam beberapa menit setelah kekurangan oksigen.

Hipoksemia adalah kondisi kekurangan oksigen dalam darah. Sementara, hipoksia adalah kondisi kekurangan oksigen dalam jaringan atau organ. Hipoksemia dapat menyebabkan hipoksia ketika darah tidak membawa cukup oksigen ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan dan kerja organ tubuh.

 

Penyebab

Serangan asma yang berat dapat menyebabkan hipoksia pada orang dewasa dan anak-anak. Selama serangan, saluran pernapasan menyempit sehingga sulit untuk memasukkan udara ke paru-paru. Tenaga yang dikeluarkan saat batuk untuk membersihkan paru-paru menggunakan lebih banyak oksigen dan dapat memperburuk gejala.

Hipoksia juga dapat terjadi karena kerusakan paru-paru akibat trauma atau cedera.

Penyebab lain dari hipoksia adalah:

  • Penyakit paru-paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), emfisema, bronkitis, pneumonia, dan edema paru (penumpukan cairan di paru-paru)
  • Obat nyeri yang kuat dan obat lain yang memiliki efek samping pernapasan
  • Masalah jantung
  • Anemia, yaitu berkurangnya jumlah sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh
  • Keracunan sianida. Sianida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik dan produk lainnya

 

Faktor Risiko

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipoksia antara lain:

  • Penyakit jantung dan paru
  • Sleep apnea (gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan terganggu)
  • Berada di ketinggian
  • Konsumsi obat-obatan tertentu

 

Gejala

Meskipun gejalanya bervariasi antar setiap orang, gejala hipoksia yang paling umum adalah:

  • Perubahan warna kulit, mulai dari biru hingga merah ceri
  • Kebingungan
  • Batuk
  • Detak jantung menjadi cepat atau justru melambat
  • Laju napas meningkat
  • Napas tersengal
  • Berkeringat
  • Suara napas mengi atau "ngik-ngik"

 

Diagnosis

Untuk mendiagnosis hipoksia, dokter akan menanyakan keluhan dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa tanda-tanda hipoksia, seperti menilai tingkat kesadaran, melihat warna bibir dan ujung kuku, memeriksa tekanan darah, laju pernapasan, dan detak jantung.

Sembari melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga melakukan penanganan awal untuk menstabilkan kondisi pasien.

Dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang seperti:

  • Tes oksimetri, untuk menilai kadar oksigen di dalam darah
  • Tes darah lengkap, untuk melihat tanda anemia atau infeksi
  • Tes fungsi paru, untuk memeriksa apakah paru berfungsi dengan normal
  • Analisis gas darah, untuk menilai metabolisme dan pernapasan, serta kemungkinan adanya keracunan
  • Elektrokardiogram (EKG), untuk menilai tanda kerusakan jantung atau detak jantung yang tidak beraturan
  • Foto Rontgen atau CT scan dada, untuk melihat masalah pada paru-paru yang dapat menyebabkan hipoksia seperti pneumothorax atau infeksi paru
  • CT scan atau MRI kepala, untuk melihat kelainan pada otak, seperti tumor, stroke, atau perdarahan
  • Echo jantung atau USG jantung, untuk menilai struktur dan fungsi jantung

Untuk menilai hipoksia kronis (berlangsung lama), dapat menggunakan pemeriksaan berikut:

  • Pulmonary Functional Test (PFT) atau tes fungsi paru. Tes ini secara langsung mengukur volume paru, fungsi respon pada bronkus (cabang tenggorokan), dan kapasitas difusi yang dapat membantu menegakkan diagnosis dan memandu pengobatan pada gangguan paru. Sebagai pemeriksaan penunjang yang melengkapi hasil wawancara riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, tes ini dapat digunakan untuk membedakan penyakit obstruktif (sumbatan) saluran napas seperti asma bronkial, PPOK, atau obstruksi saluran napas atas, dengan penyakit paru restriktif (penurunan kemampuan paru-paru untuk mengembang) seperti penyakit paru interstisial atau kelainan dinding dada. PFT berfungsi menilai keparahan obstruksi jalan napas serta respons terhadap terapi.
  • Oksimetri nokturnal. Tes ini memberikan informasi tentang kadar oksigen dalam darah selama periode tertentu, biasanya dalam semalam. Tes ini terutama digunakan untuk menilai kecukupan atau kebutuhan pemberian oksigen di malam hari. 
  • Six-Minute Walk Test atau Tes Jalan Enam Menit. Tes ini memberi informasi tentang respons kadar oksigen darah terhadap olahraga serta total jarak yang dapat ditempuh dalam 6 menit. Informasi ini dapat digunakan untuk menentukan jumlah oksigen yang akan diberikan serta evaluasi respons terapi. Tes isi sering digunakan untuk evaluasi paru sebelum operasi, pengobatan hipertensi pulmonal, dan penilaian kebutuhan oksigen tambahan dengan olahraga.
  • Hemoglobin. Pemeriksaan hemoglobin dan sel darah merah dapat berfungsi untuk melihat beberapa penyakit penyebab hipoksia kronis seperti polisitemia sekunder, yaitu peningkatan jumlah sel darah merah.

 

Tata laksana

Seseorang harus memeriksakan diri ke rumah sakit jika mengalami hipoksia untuk segera mendapatkan penanganan dan pemantauan kadar oksigen.

Penanganan yang terpenting adalah memberikan oksigen yang cukup ke dalam tubuh. Pemberian oksigen bisa menggunakan selang hidung atau masker oksigen. Bagi kebanyakan orang, penanganan ini sudah cukup untuk menormalkan kadar oksigen. 

Jika Anda menderita serangan asma, inhaler atau obat asma hirup dapat membuat pernapasan lebih lega. Jika obat ini tidak membantu, dokter akan mencoba memberi obat melalui pembuluh darah (infus). Anda mungkin juga memerlukan obat steroid untuk mengurangi peradangan di paru-paru atau antibiotik untuk mengobati infeksi yang menyertai. 

Ketika kondisi pasien memberat dan mengancam nyawa, mungkin diperlukan alat bantu napas.

 

Komplikasi

Hipoksia yang tidak segera diatasi dapat berkembang menjadi hipoksia jaringan yang lebih luas, termasuk pada jantung dan otak. Kekurangan oksigen pada otak akan menyebabkan kerusakan jaringan otak. 

Kerusakan jaringan otak dapat membuat pasien kehilangan kesadaran dan mengalami gangguan fungsi organ di seluruh tubuh. Sementara kerusakan jaringan jantung, dapat menimbulkan serangan jantung hingga henti jantung. Kondisi-kondisi tersebut dapat mengancam nyawa.

Pemberian oksigen yang berlebihan dalam menangani hipoksia juga berisiko menimbulkan komplikasi, yaitu dapat meracuni jaringan tubuh dan menyebabkan katarak, vertigo, perubahan perilaku, kejang, bahkan gangguan pada sistem pernapasan.

Hipoksia juga dapat menyebabkan hiperkapnia, yaitu kondisi ketika paru-paru menahan terlalu banyak karbon dioksida karena kesulitan bernapas. Peningkatan karbon dioksida dalam darah bisa menyebabkan kematian. Ketidakseimbangan oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh sering terjadi pada penyakit paru obstruktif kronis. Hipoksia kronis akibat penyakit paru obstruktif yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi:

  • Depresi dan gangguan mood lainnya
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Kebingungan
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Hipertensi paru
  • Peningkatan denyut jantung
  • Gagal jantung
  • Gagal pernafasan akut
  • Polisitemia sekunder (peningkatan jumlah sel darah merah)

 

Pencegahan

Hipoksia sulit dicegah karena dapat muncul tiba-tiba. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko hipoksia adalah:

  • Mengendalikan penyakit pernapasan, misalnya dengan menggunakan obat asma secara rutin
  • Melakukan latihan pernapasan
  • Menghindari naik ke ketinggian tertentu secara cepat untuk mencegah altitude sickness yaitu penyakit kekurangan oksigen karena ketinggian. Begitu juga dengan kegiatan menyelam. Jika Anda akan naik ke ketinggian atau menyelam ke dasar laut, perlu latihan terlebih dahulu dan menggunakan peralatan yang sesuai, seperti membawa tabung dan masker oksigen saat menyelam. 
  • Melakukan gaya hidup sehat seperti olahraga rutin, minum air putih cukup, dan berhenti merokok
  • Rutin memeriksakan diri ke dokter jika memiliki penyakit yang dapat meningkatkan risiko hipoksia

 

Kapan harus ke dokter? 

Segera periksa ke dokter jika Anda mengalami keluhan atau tanda dan gejala hipoksia seperti yang disebutkan di atas. Pemeriksaan dan penanganan yang cepat diperlukan untuk mencegah komplikasi.

Bila Anda menemukan seseorang yang merasa sesak atau sulit bernapas, lemas, tiba-tiba tidak dapat bicara, linglung, atau kejang, segera bawa ke unit gawat darurat.

Writer : dr Aprilia Dwi Iriani
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 17:12

Hypoxia and hypoxemia.  (2020). Retrieved 16 February 2022, from https://www.webmd.com/asthma/guide/hypoxia-hypoxemia

 

Bhutta BS, Alghoula F, Berim I. (2021). Hypoxia. StatPearls Publishing. Retrieved 20 February 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482316/

 

Schulman JS. (2022). What is hypoxemia?. Retrieved 21 February 2022, from https://www.healthline.com/health/hypoxemia