Osteoporosis

Kenali tanda dan gejala osteoporosis sejak dini

Bagikan :


Definisi

Osteoporosis atau keropos tulang adalah kondisi di mana tulang menjadi lemah, menipis dan mudah patah akibat kepadatan serta kekuatan tulang yang sudah menurun. Normalnya, tulang akan patah ketika mendapat tekanan dari gaya yang cukup besar, seperti terkena pukulan, jatuh dari ketinggian, atau pada kasus kecelakaan. Namun pada osteoporosis, tekanan dari gaya yang cukup kecil seperti bersin atau batuk pun dapat menyebabkan tulang patah.

Osteoporosis paling sering terjadi pada tulang pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan. Tulang terdiri dari sel-sel yang rutin diganti. Penyakit osteoporosis terjadi ketika proses penyusunan sel tulang baru tidak seimbang dengan sel tulang lama yang hilang. Osteoporosis dapat terjadi pada pria dan wanita dari seluruh ras dan etnis.

Sekitar 200 juta orang diperkirakan menderita osteoporosis di seluruh dunia dan terus bertambah. Di Amerika Serikat, sekitar 54 juta orang menderita osteoporosis sedangkan di Indonesia, 2 dari setiap 5 orang berisiko terkena osteoporosis. Osteoporosis sendiri seringkali tidak bergejala dan baru disadari ketika timbul gejala. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan, namun pengobatan yang tepat, pola makan yang sehat, dan olahraga yang tepat dapat mencegah perburukan dari penurunan kepadatan tulang.

 

Penyebab

Osteoporosis tergolong sebagai penyakit tulang yang sering dialami. Selama hidupnya, ada siklus penghancuran sel tulang lama dan membentuk kembali sel tulang yang baru. Selama proses-proses ini berjalan dengan baik, tidak akan ada masalah pada jaringan tulang. Namun pada kasus osteoporosis, terjadi ketidakseimbangan antara proses produksi dan penghancuran sel tulang, sehingga produksi sel tulang baru tidak dapat mencukupi kebutuhan bila dibandingkan dengan sel tulang yang sudah diserap dan hilang.

Normalnya sampai usia 30 tahun, tubuh kita akan memproduksi sel tulang melebihi hilangnya sel tulang lama yang terserap. Namun setelah usia 35 tahun, tingkat penyerapan sel tulang lama akan meningkat dibandingkan produksi sel tulang baru, sehingga akan terjadi penurunan kepadatan tulang secara berkala. Pada wanita setelah menopause, tingkat pemecahan dan hancurnya sel tulang ini akan terjadi semakin cepat. Kondisi ini bila tidak diantisipasi akan menyebabkan osteoporosis.

 

Faktor Risiko

Walaupun pria dan wanita bisa terkena osteoporosis, namun riset membuktikan wanita diatas usia 50 tahun dan wanita pasca menopause lebih berisiko untuk terkena penyakit ini.

Anda akan lebih mungkin mengalami osteoporosis tergantung dengan seberapa banyak massa tulang Anda di masa muda. Peak bone mass atau massa tulang maksimal sebagian bersifat genetik dan bervariasi dalam berbagai kelompok etnis. Semakin tinggi peak bone mass Anda, semakin rendah kemungkinan Anda untuk mengalami osteoporosis seiring peningkatan usia.

Berikut adalah faktor-faktor risiko osteoporosis, yaitu:

  • Jenis Kelamin

Perempuan lebih berisiko terkena osteoporosis karena memiliki jaringan tulang yang lebih sedikit. Perempuan dapat kehilangan tulang lebih cepat karena perubahan hormon yang dialami setelah menopause.

  • Usia

Seiring peningkatan usia, lansia memiliki kesempatan lebih besar untuk terkena osteoporosis.

  • Ukuran Tubuh

Orang-orang dengan bentuk tubuh yang kecil dan kurus memiliki risiko lebih tinggi mengalami osteoporosis karena mereka lebih mungkin memiliki massa tulang yang lebih sedikit.

  • Etnis

Etnis kaukasia dan asia memiliki risiko lebih tinggi mengalami osteoporosis, sedangkan etnis afrika memiliki risiko lebih kecil tetapi bila menderita osteoporosis, komplikasi penyakit akan lebih signifikan.

  • Riwayat Keluarga

Risiko fraktur dapat berhubungan dengan faktor genetik. Individu dengan orang tua yang memiliki riwayat fraktur atau osteoporosis memiliki massa tulang yang lebih sedikit.

  • Hormon Seks

Pada wanita yang mengalami menopause, kadar hormon estrogen akan menurun dan tulang cenderung menjadi lebih rendah. Begitu juga dengan pria, kadar hormon testosteron yang berkurang akan mempercepat hilangnya sel-sel tulang.

  • Gangguan Makan

Gangguan makan seperti anorexia nervosa atau bulimia nervosa bisa menjadi faktor risiko terjadinya osteoporosis di kemudian hari. Hal ini dikarenakan tubuh tidak memiliki asupan kalsium dan vitamin D yang cukup, sehingga penderita lebih rentan terhadap kehilangan tulang.

  • Penggunaan Obat Tertentu

Pemakaian obat-obatan dalam jangka waktu yang panjang seperti obat steroid, beberapa obat antikejang, atau obat penurun asam lambung, dapat berpengaruh pada proses penghancuran dan produksi sel tulang.

  • Gaya Hidup

Gaya hidup yang sedenter dan kurang aktivitas fisik dapat menyebabkan tulang menjadi lemah di kemudian hari.

  • Merokok

Kebiasaan merokok diduga berkontribusi dan berisiko menyebabkan tulang menjadi lemah.

  • Asupan Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan terutama dalam jangka panjang berpengaruh terhadap penurunan densitas tulang dan osteoporosis.

  • Penyakit Tertentu

Beberapa kondisi medis dapat meningkatkan risiko terkena osteoporosis seperti penyakit:

    • Hipertiroid, kondisi ketika tubuh kelebihan hormon tiroid.
    • Hiperparatiroid, kondisi ketika kadar hormon paratiroid berlebihan di tubuh.
    • Inflammatory bowel disease.
    • Beberapa penyakit darah seperti myeloma multipel (salah satu jenis kanker sel darah putih).

 

Gejala

Biasanya osteoporosis tidak menimbulkan gejala bila kehilangan sel tulang masih pada stadium dini. Itulah mengapa osteoporosis sering diberi julukan “silent disease”. Namun, anda harus waspada akan osteoporosis bila usia Anda sudah lanjut dan mengalami gejala seperti berikut:

  • Penurunan tinggi badan seiring waktu.
  • Perubahan postur tubuh menjadi bungkuk.
  • Patah tulang secara tiba-tiba tanpa riwayat cedera.
  • Nyeri pada punggung yang berlangsung lama.
  • Sering mengalami patah atau keretakan tulang.
  • Sesak napas.
  • Kuku yang mudah patah dan hancur

 

Diagnosis

Dokter akan melakukan wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis osteoporosis. Wawancara medis akan dilakukan guna menggali faktor risiko dengan menanyakan:

  • Keluhan utama pasien.
  • Keluhan penyerta.
  • Riwayat penyakit sebelumnya.
  • Riwayat pengobatan bila ada.
  • Gaya hidup.
  • Riwayat penyakit di keluarga.

Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, dimulai dengan melakukan pemeriksaan keadaan umum dan tanda vital pasien. Selanjutnya, dokter akan memeriksa seluruh tubuh pasien, seperti melihat postur tubuh, mengukur berat dan tinggi badan, serta melihat area tulang yang mengalami keluhan. Dokter juga akan memeriksa bagian tulang yang rawan terkena osteoporosis seperti tulang panggul, pergelangan tangan, dan tulang belakang.

Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk memeriksa apakah ada tulang yang patah. Pemeriksaan penunjang dapat berupa:

  • Rontgen, CT scan atau MRI untuk melihat pencitraan area tulang atau jaringan-jaringan di sekitarnya.
  • Pemeriksaan darah untuk melihat kadar sel darah atau hormon tubuh yang dapat berpengaruh terhadap risiko terjadinya osteoporosis.
  • Bone mineral density (BMD) atau dikenal juga dengan nama dual energy x ray absorptiometry (DEXA). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur jumlah kepadatan tulang dan mengukur risiko terjadinya patah tulang.

 

Tata Laksana

Osteoporosis tidak bisa disembuhkan, hanya bisa memperlambat proses perburukan penyakit. Dokter akan merekomendasikan terapi berdasarkan risiko pasien mengalami patah tulang dalam 10 tahun ke depan dan faktor risiko yang mereka miliki. Terapi umumnya meliputi perubahan gaya hidup, suplemen vitamin dan mineral, serta pengobatan.

 

Perubahan Gaya Hidup

Umumnya Anda akan disarankan untuk menjaga gaya hidup yang sehat untuk mengurangi derajat hilangnya sel-sel tulang. Rutin berolahraga untuk membentuk otot dan memperkuat tulang. Jangan meminum alkohol dan minuman mengandung kafein secara berlebihan, serta hindari merokok.

Dokter juga akan menyarankan Anda untuk mengonsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup, sesuai dengan angka kecukupan gizi harian. Konsultasikan hal ini dengan dokter, karena bila mengonsumsi suplemen secara berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit seperti batu ginjal.

 

Pengobatan

Ada berbagai macam obat yang bisa diberikan untuk memperlambat perburukan penyakit. Selain itu, terapi hormon bisa menjadi salah satu pilihan pengobatan pada wanita menopause, atau bila pasien memang terkonfirmasi memiliki masalah pada hormon yang menjadi sumber utama penyebab osteoporosis. Semua pengobatan harus sesuai dengan konsultasi oleh dokter yang merawat, karena ada efek samping yang bisa timbul dari terapi hormon.

 

Komplikasi

Komplikasi dari osteoporosis yang cukup serius adalah patah tulang, terutama pada bagian tulang belakang dan tulang pinggul. Patah tulang pinggul paling sering disebabkan karena insiden terjatuh. Patah tulang bisa menyebabkan disabilitas permanen serta kematian dalam satu tahun pertama setelah cedera.

Sementara itu, patah tulang belakang dapat terjadi tanpa adanya insiden terjatuh. Tulang yang menyusun tulang belakang dapat melemah dengan sendirinya akibat massa jenis tulang yang menurun drastis dan merubah postur tubuh. 

Penderita tentunya akan mengalami keterbatasan aktivitas serta bergerak. Kondisi ini bisa memengaruhi psikis atau kejiwaan dan bisa menimbulkan stres. Penderitanya juga bisa memerlukan bantuan orang lain untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

 

Pencegahan

Kunci dari pencegahan osteoporosis adalah perubahan pola hidup. Perubahanpola hidup yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  • Olahraga dan Aktivitas Fisik

Olahraga bisa mempertahankan kepadatan tulang dan membantu mengurangi jatuh dengan meningkatkan massa otot. Olahraga juga bisa mengurangi risiko patah tulang sampai 40%.

  • Asupan Kalsium yang Adekuat

Konsumsi makanan yang mengandung banyak kalsium bisa membantu menjaga kesehatan tulang. Sumber kalsium yang baik contohnya sayuran hijau, susu, ikan salmon, sarden, tahu, dan jus jeruk. Angka kecukupan gizi harian dari kalsium untuk pria dan wanita yang berusia 18-50 tahun adalah 1000 miligram per hari.

  • Vitamin D

Rata rata manusia membutuhkan vitamin D sebesar 600 UI (Unit Internasional) per hari. Selain lewat makanan, vitamin D juga bisa didapat melalui penyerapan sinar matahari melalui kulit. Pada pagi hari sekitar pukul 09:00, Anda bisa menjemur lengan dan tungkai selama 5-15 menit. Lindungi area tubuh lain seperti kepala dan leher dengan tabir surya atau topi.

  • Hindari Rokok dan Alkohol

Dengan menghindari rokok dan alkohol, penyerapan zat seperti vitamin D dan kalsium dapat terserap dengan baik dalam tubuh.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Seiring peningkatan usia, Anda bisa rentan mengalami osteoporosis. Bila Anda memiliki faktor risiko dan khawatir akan penyakit ini, Anda bisa meminta dilakukan skrining di fasilitas kesehatan. Penyakit ini bisa memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Segera ke dokter bila Anda mengalami cedera, jatuh, atau nyeri punggung yang terasa berat.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Lovira Ai Care
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 11:28

Cleveland Clinic - Osteoporosis. (2020). Retrieved 17 August 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4443-osteoporosis

Mayoclinic - Osteoporosis. (2021). Retrieved 17 August 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/osteoporosis/symptoms-causes/syc-20351968

Infodatin - Situasi Osteoporosis di Indonesia. Retrieved 17 August 2022, from https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-Osteoporosis-2020.pdf

MedlinePlus - Osteoporosis. (2018). Retrieved 17 August 2022, from https://medlineplus.gov/osteoporosis.html