Definisi
Hipertensi pada kehamilan adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi (⩾ 140/90 mmHg) pada kehamilan. Kondisi ini terjadi pada sekitar 6-8% dari seluruh kehamilan atau 3 dari 50 kehamilan; dan merupakan salah satu penyebab penting dari angka kesakitan dan angka kematian Ibu hamil.
Terdapat beberapa bentuk hipertensi pada kehamilan yaitu:
- Hipertensi kronis yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum kehamilan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang berlanjut melebihi 12 minggu setelah melahirkan.
- Hipertensi gestasional yaitu hipertensi pada Ibu hamil yang muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan kembali normal dalam waktu 12 minggu setelah melahirkan. Pada hipertensi gestasional tidak ditemukan adanya protein di dalam urin.
- Preeklamsia yaitu hipertensi pada Ibu hamil disertai dengan adanya protein di dalam urin, gangguan ginjal, gangguan hati, gangguan darah, mau pun komplikasi hipertensi kehamilan yang lain
- Eklamsia yaitu bentuk yang lebih berat dari preeklamsia, yang ditandai dengan kejang atau penurunan kesadaran pada Ibu hamil. Eklamsia terjadi pada sekitar 1 dari 1600 kehamilan. Meski pun dapat dialami pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau 48 jam pasca persalinan, Eklamsia paling sering terjadi pada trimester terakhir kehamilan.
- Sindrom HELLP. Sebenarnya HELLP merupakan singkatan dari 3 kondisi berikut: Hemolisis 'hancurnya sel-sel darah', Elevated Liver enzymes 'peningkatan kadar enzim hati', dan Low Platelet count 'kadar keping darah rendah' atau trombofilia.
Penyebab
Penyebab hipertensi pada kehamilan masih belum diketahui, namun diperkirakan akibat adanya gangguan pada aliran darah antara rahim dan plasenta dan menurunnya fungsi pembuluh darah yang memperantarainya.
Faktor Risiko
Secara umum kondisi yang dapat mengganggu aliran darah dan pembuluh darah antara rahim dan plasenta bisa meningkatkan risiko seorang Ibu untuk menderita hipertensi pada kehamilan, yaitu:
- Sudah mengalami hipertensi sebelum kehamilan
- Penyakit ginjal
- Diabetes mellitus
- Obstructive sleep apnea (OSA)
- Berkurangnya kadar keping darah (trombofilia)
- Penyakit autoimun
Hipertensi Gestasional & Pre-eklamsia
Berikut beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seorang Ibu untuk mengalami hipertensi gestasional dan meningkatkan kemungkinannya untuk mengalami pre-eklamsia
- Sudah mengalami hipertensi sebelum kehamilan
- Pernah mengalami hipertensi pada kehamilan di kehamilan sebelumnya
- Pernah mengalami pre-eklamsia pada kehamilan sebelumnya
- Pernah mengalami sindrom HELLP pada kehamilan sebelumnya
- Kehamilan pertama
- Kehamilan kembar, atau lebih dari 2
- Usia Ibu saat hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
- Indeks massa tubuh (IMT) >30 kg/m2
- Penyakit ginjal
- Penyakit pembuluh darah ginjal
- Kelainan aorta
- Diabetes mellitus
- Penyakit autoimun, seperti penyakit lupus, rematik, scleroderma atau penyakit jaringan ikat
- Hiperaldosteronisme
- Sindrom Cushing
- Penyakit tiroid
- Feokromositoma
- Obstructive sleep apnea
Gejala
Setiap Ibu hamil dengan hipertensi dapat mengalami gejala yang berbeda-beda dan ada juga yang tidak bergejala. Gejala yang paling sering ditemukan adalah:
- Tekanan darah tinggi dengan atau tanpa adanya protein pada urin, yang ditemukan pada pertengahan kedua kehamilan
- Bengkak terutama pada kedua kaki
- Peningkatan berat badan secara mendadak
- Gangguan penglihatan, seperti penglihatan buram atau ganta
- Nyeri kepala
- Mual, muntah
- Nyeri perut bagian kanan atas atau nyeri di sekitar perut
- Jumlah urin berkurang
- Perubahan pada pemeriksaan fungsi hati atau ginjal
- Kejang. Preeklamsia yang tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi bentuk yang lebih berat yaitu eklamsia. Wanita dengan eklamsia akan mengalami kejang atau penurunan kesadaran.
Diagnosa
Hipertensi pada kehamilan didiagnosa ketika tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg yang diukur minimal dua kali pada waktu yang berbeda.
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan pada Ibu dengan hipertensi kehamilan adalah:
- Pemeriksaan darah
- Pemeriksaan urin, fungsi hati, fungsi ginjal, dan pembekuan darah (untuk memeriksa adanya kondisi yang lebih serius yaitu preeklamsia)
- Pemeriksaan untuk menilai bengkak
- Pengukuran berat badan
Tata Laksana
Pengobatan dan terapi spesifik untuk hipertensi dalam kehamilan akan ditentukan oleh dokter dengan mempertimbangkan:
- Status kehamilan, kesehatan secara umum, dan riwayat kesehatan
- Tingkat keparahan penyakit
- Toleransi terhadap obat-obatan, prosedur, ataupun terapi tertentu
- Harapan Ibu terhadap penyakitnya
- Preferensi atau opini Ibu
Tujuan terapi adalah untuk mencegah perburukan kondisi dan mencegah komplikasi. Terapi yang dapat diberikan meliputi:
- Bed rest 'tirah baring', dapat di rumah maupun di rumah sakit
- Rawat inap jika diperlukan monitoring dengan alat tertentu atau dengan pengawasan tenaga kesehatan
- Pemantauan tekanan darah secara teratur
- Magnesium sulfat atau obat-obatan penurun tekanan darah yang lain jika tekanan darah sangat tinggi
- Pemeriksaan janin untuk mengetahui kesehatan janin. Pemeriksaan ini meliputi:
- Menghitung gerakan janin. Memonitor gerakan dan tendangan janin diperlukan karena adanya perubahan pada jumlah atau frekuensi gerakan dapat menandakan adanya stress pada janin
- Nonstress testing. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur detak jantung janin sebagai respon terhadap gerakan janin
- Profil biofisik. Pemeriksaan ini merupakan kombinasi nonstress test dengan ultrasonografi untuk mengobservasi kesejahteraan janin
- Pemeriksaan aliran Doppler. Pemeriksaan ini termasuk ultrasonografi yang menggunakan gelombang suara untuk mengukur aliran darah menlalui pembuluh darah
- Pemeriksaan berkelanjutan dari urin dan darah untuk mendeteksi adanya perubahan yang mengindikasikan perburukan dari hipertensi kehamilan atau perkembangan ke arah preeklamsia atau eklamsia
- Pemberian kortikosteroid untuk membantu pematangan paru-paru janin (ketidakmatangan paru-paru merupakan masalah utama pada bayi prematur)
Jika sudah terjadi komplikasi, maka mungkin perlu untuk melahirkan bayi secara prematur (kurang dari 37 minggu).
Komplikasi
Tekanan darah yang dapat mempengaruhi pembuluh darah sehingga aliran darah ke orang-organ Ibu termasuk hati, ginjal, otak, rahim, dan plasenta 'ari-ari' akan berkurang. Hipertensi pada kehamilan yang berat dan tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan komplikasi sindrom HELLP, yaitu sindrom yang terdiri dari hancurnya sel darah merah, gangguan pada hati, dan rendahnya sel keeping darah (sel dalam darah yang diperlukan untuk membantu pembekuan darah untuk mengontrol perdarahan).
Masalah lain yang dapat timbul akibat hipertensi pada kehamilan yang berat (tekanan darah di atas 160/110 mmHg) adalah:
- Lepasnya plasenta dari rahim sebelum waktunya
- Masalah pada janin seperti gangguan pertumbuhan janin sampai kematian janin
- Kematian ibiu dan janin
Meskipun tekanan darah kembali normal setelah melahirkan, seorang Ibu yang pernah menderita hipertensi dalam kehamilan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita hipertensi di masa mendatang.
Pencegahan
Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah hipertensi. Namun, beberapa faktor yang dapat memicu hipertensi dapat dikontrol dengan:
- Mengurangi konsumsi garam
- Minum setidaknya 8 gelas per hari
- Meningkatkan konsumsi protein dan mengurangi konsumsi gorengan dan junk food
- Istirahat yang cukup
- Olahraga teratur (diskusikan dengan dokter Anda mengenai olahraga apa yang bisa Anda lakukan saat hamil)
- Naikkan kaki beberapa kali dalam sehari
- Hindari alkohol dan minuman yang mengandung kafein
- Konsumsi obat atau suplemen yang diresepkan dokter
Identifikasi dini wanita yang berisiko untuk hipertensi dalam kehamilan dapat membantu mencegah komplikasi penyakit. Selain itu, mempelajari gejala dan tanda bahaya juga penting karena terapi lebih awal akan membantu mencegah perburukan penyakit.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan kehamilan rutin untuk menjaga kesehatan Ibu dan janin.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda memiliki tanda dan gejala tekanan darah tinggi seperti yang telah disebutkan di atas, maka segeralah mencari pertolongan medis. Konsultasikan dengan dokter spesialis kandungan untuk memastikannya. Gejala yang dapat terjadi meliputi nyeri kepala yang tidak hilang, pandangan buram atau ganda, bengkak, atau berkurangnya frekuensi buang air kecil.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono