Istilah body shaming merujuk pada tindakan mengatakan sesuatu yang negatif tentang tubuh diri sendiri maupun tubuh orang lain. Komentar negatif ini bisa tentang ukuran, usia, rambut, pakaian, makanan, atau daya tarik seseorang. Kedengarannya sepele, namun body shaming dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, termasuk gangguan makan, depresi, kecemasan, rendah diri, atau perasaan membenci tubuh secara umum.
Yang paling mengejutkan ternyata body shaming justru seringkali berawal dari lingkup keluarga. Masih ingat bagaimana Anda menjuluki anak si keriting, si hitam, si gendut, dan lain sebagainya? Walaupun awalnya terdengar lucu dan menggemaskan, namun tindakan tersebut termasuk body shaming yang apabila dibiarkan berkembang di dalam keluarga maka dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental pada anak.
Jenis-Jenis Body Shaming
Istilah body shaming pertama kali diperkenalkan oleh seorang jurnalis bernama Philip Ellis, di mana jenis-jenis body shaming yang berkembang di antaranya:
- Berat badan
Salah satu alasan paling umum seseorang mengatakan hal negatif terhadap orang lain adalah soal berat badan, baik badan yang yang terlalu gemuk atau terlalu kurus. Hal ini menyebabkan seseorang seolah tidak pernah terlihat baik-baik saja karena ukuran tubuhnya. Tak jarang orang yang sering dipermalukan karena ukuran tubuhnya mengalami frustasi dan membenci diri sendiri.
- Rambut
Ada banyak jenis rambut dan penampilan rambut asli yang bisa memancing komentar negatif, misalnya ketika rambut berjenis keriting, atau rambut yang tumbuh berlebihan di bagian tubuh lain.
- Pakaian yang dikenakan
Pakaian jadi yang bisa dengan mudah dibeli di toko seringkali tidak sesuai dengan bentuk tubuh seseorang, karena memang dibuat sesuai ukuran umum. Alhasil, ketika mengenakan pakaian tertentu penampilan bisa berbeda, yang memicu orang untuk mengomentari dengan perkataan negatif. Demikian juga dengan merk dan harga, yang bisa memicu komentar negatif, padahal merk dan harga tidak berhubungan dengan fungsi pakaian itu sendiri.
- Usia
Sebenarnya adalah manusiawi bila manusia bertambah usia. Namun usia seringkali menjadi bahan bercandaan di mana pada akhirnya dijadikan senjata untuk mempermalukan seseorang. Terutama bila penampilan kulit tidak seindah saat masih muda dulu, penampilan tubuh tidak seindah saat muda dulu, dan lain sebagainya.
- Makanan
Berkomentar negatif tentang apa yang dimakan biasanya berhubungan dengan ukuran tubuh. Misalnya ketika seseorang sedang memakan kue, dan orang lain mengatakan tidak perlu memakannya karena bisa bikin gemuk, adalah salah satu contoh dari body shaming.
- Daya tarik
Adalah sebuah body shaming ketika seseorang diintimidasi karena dianggap tidak menarik. Orang-orang yang diintimidasi karena tidak dianggap menarik dikenal dengan istilah lookism, yang menggambarkan prasangka atau diskriminasi terhadap orang yang dianggap tidak menarik secara fisik. Contohnya ketika memiliki gigi yang tidak teratur atau hidung yang pesek yang cenderung tidak dipekerjakan pada pekerjaan yang membutuhkan tatap muka langsung dengan orang lain.
Bagaimana tidak Melakukan Body Shaming pada Anak di Rumah?
Anak-anak yang tumbuh dengan intimidasi terhadap penampilan fisik cenderung tumbuh dengan masalah kesehatan mental seperti tidak percaya diri, memiliki gangguan tidur, memiliki gangguan makan, dan lain sebagainya. Dibutuhkan peran orang tua untuk membantu anak agar bersyukur dan selalu berpikiran positif terhadap penampilan fisiknya. Untuk itu, orang tua perlu berhati-hati untuk tidak ikut serta melakukan body shaming baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
- Hati-hati dalam pemilihan kata
Orang tua adalah role model bagi anak, yang akan diamati setiap hal terkecilnya oleh anak. Sehingga penting bagi Anda untuk berhati-hati dalam mengucapkan sesuatu, termasuk mengungkapkan kekhawatiran tampak gemuk ketika menggunakan baju tertentu, atau terus menerus menunjukkan kekhawatiran terhadap berat badan, memanggil anak dengan julukan si gembul atau si gendut, dan lain sebagainya.
Sebaliknya, ajarkan anak untuk mencintai dan merawat tubuhnya dengan baik, sehingga secara otomatis anak akan lebih memperhatikan sisi kesehatan dan kebersihan tubuh.
- Fokus pada kebiasaan hidup sehat
Sebenarnya memang tidak salah untuk menjaga berat badan agar tidak terlalu gemuk. Namun mengintimidasi dengan perkataan akan menjadi body shaming yang menyakiti perasaan. Lebih baik tanamkan kebiasaan keluarga untuk aktif bergerak, bermain di luar ruangan, berolahraga, sehingga dalam pikiran anak terbentuk kebiasaan hidup sehat.
Ajak anak membiasakan diri membaca label di balik kemasan makanan, peduli akan kandungan nutrisi di dalam makanan sehingga bisa memilih mana asupan yang baik untuk tubuh.
- Batasi screen time anak
Studi menunjukkan bahwa membatasi screen time anak dapat menurunkan risiko obesitas dan meningkatkan kecerdasan anak. Banyaknya iklan di TV yang secara tidak langsung mengajak anak untuk mengonsumsi junk food dan menanamkan citra diri bahwa tubuh langsing, kulit putih, dan rambut lurus adalah yang terbaik dapat mempengaruhi pemikiran anak terkait body shaming. Membatasi screen time akan mempermudah Anda mengontrol informasi apa saja yang tepat untuk diberikan pada anak.
Membantu anak berpikir positif tentang tubuhnya tidak selalu mudah, apalagi jika di lingkungan sekolah, anak-anak berisiko berhadapan dengan orang lain yang bisa melakukan body shaming. Namun bila Anda telah membekalinya dengan kepercayaan akan dirinya sendiri, dan bagaimana mencintai tubuh mereka sendiri, maka menghadapi mereka yang gemar melakukan body shaming akan jauh lebih mudah. Ajarkan pula anak-anak untuk tidak melakukan body shaming pada anak lain, karena bagaimanapun tubuh yang sehat tidak ditentukan dengan jenis rambut, gaya rambut atau berat badan.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono