Ensefalopati Sepsis

credits: google.com

Bagikan :


Definisi

Ensefalopati sepsis (sepsis-associated ensephalopathy) adalah gangguan fungsi otak yang muncul mendadak pada keadaan sepsis. Sepsis adalah respon tubuh yang ekstrem terhadap infeksi dan memicu reaksi peradangan luas. Sepsis merupakan kegawatdaruratan medis. 

Ensefalopati dapat terjadi sejak awal terjadinya sepsis dan merupakan komplikasi saraf yang sering terjadi pada penderita sepsis. Adanya ensefalopati pada orang dengan sepsis merupakan prediktor kematian dan harapan yang buruk.

Sepsis dan komplikasinya menyebabkan lebih banyak kematian dibandingkan dengan kombinasi kanker prostat, kanker payudara, dan HIV/AIDS.

 

Penyebab

Ensefalopati sepsis terjadi akibat peradangan luas pada tubuh yang terjadi pada saat sepsis. Kondisi ini terjadi tanpa adanya infeksi otak langsung atau penyakit lain yang juga dapat menyebabkan ensefalopati, seperti penyakit hati dan ginjal.

Pada sepsis, terjadi peradangan luas di mana zat peradangan akan beredar di dalam darah dan akan mencapai jaringan otak. Hal ini akan menyebabkan kerusakan langsung pada jaringan otak melalui berbagai mekanisme, yaitu gangguan metabolisme, gangguan suplai oksigen ke otak, perubahan pada hantaran saraf, serta gangguan pada aliran darah ke otak.

Penyebab tersering sepsis adalah infeksi bakteri, meskipun dapat juga disebabkan oleh infeksi jamur, parasit, atau virus. Sumber infeksi dapat berasal dari bagian tubuh manapun. Lokasi dan tipe infeksi yang sering ditemui dan dapat menyebabkan sepsis, meliputi:

  • Perut: infeksi usus buntu, usus, rongga perut (peritonitis), kandung empedu, atau hati.
  • Paru: infeksi seperti pneumonia.
  • Kulit: bakteri dapat memasuki kulit melalui luka atau peradangan kulit, atau melalui selang infus.
  • Saluran kemih: Infeksi saluran kemih, misalnya pada pasien dengan penggunaan kateter atau selang urin.

 

Faktor Risiko

Ensefalopati sepsis dapat menyerang siapapun, namun beberapa orang yang lebih berisiko antara lain:

  • Orang berusia lanjut (lebih dari 65 tahun), sangat muda, atau hamil
  • Orang dengan kondisi medis tertentu seperti diabetes, penyakit paru, kanker, dan penyakit ginjal
  • Orang dengan penurunan system imun seperti penderita HIV/AIDS, penerima obat penekan sistem imun jangka panjang (misalnya penderita kanker atau penerima transplantasi organ)
  • Orang yang dirawat di rumah sakit
  • Orang dengan cedera berat, seperti luka bakar atau luka lain yang luas dan berat
  • Orang yang memakai selang infus atau selang kencing, atau selang pernapasan

 

Gejala

Ensefalopati sepsis dapat ditandai dengan beberapa gejala seperti:

  • Perubahan perilaku atau kepribadian
  • Perubahan kesadaran. Kesadaran dapat menurun (cenderung tidur sulit dibangunkan) sampai koma
  • Gelisah, gusar
  • Disorientasi
  • Depresi
  • Gangguan berpikir jenih atau gangguan memfokuskan pikiran
  • Gangguan bicara
  • Gangguan postur tubuh
  • Gangguan koordinasi gerak tubuh
  • Kelamahan otot atau kedutan yang tidak dapat dikontrol
  • Gerakan bola mata yang tidak dapat dikontrol
  • Tremor
  • Gangguan menelan
  • Pola pernapasan yang tidak teratur
  • Kejang

 

Diagnosis

Diagnosis ensefalopati ditegakkan ketika terdapat gejala ensefalopati pada orang yang sedang mengalami infeksi selain infeksi otak. Selain dari gejala, hasil pemeriksaan fisik yang dapat ditemui pada sepsis adalah:

  • Demam (suhu biasanya > 38.3 derajat selsius)
  • Hipotermia (suhu < 36 derajat selsius)
  • Denyut jantung yang lebih cepat (>90 kali per menit)
  • Pernapasan cepat (>30 kali per menit)
  • Penurunan tekanan darah sistolik (<90 mmHg) atau penurunan tekanan darah sistolik sebanyak >40 mmHg dari tekanan darah biasanya
  • Penurunan jumlah urin yang keluar tiap jamnya

Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab ensefalopati yaitu:

  • Pemeriksaan darah lengkap.
  • Kultur darah untuk mendeteksi bakteri yang menyebabkan sepsis
  • Pemeriksaan elektrolit
  • Pemeriksaan laktat darah (meningkat pada sepsis), ammonia darah, enzim hati (untuk menilai kerusakan hati), dan bilirubin (meningkat pada sepsis)
  • Pemeriksaan glukosa darah (meningkat pada sepsis)
  • Pemeriksaan oksigen darah (terjadi penurunan oksigen darah pada sepsis)
  • Pemeriksaan fungsi ginjal yaitu ureum dan kreatinin darah.
  • Pemeriksaan pembekuan darah. 
  • CT scan dan MRI untuk mendeteksi adanya pembengkakan otak, kelainan struktur, atau infeksi
  • Ensefalogram (EEG) untuk mendeteksi kerusakan otak atau pola gelombang otak yang abnormal
  • Somatosensory-evoked potentials (SSEP)
  • Analisis autoantibodi. Beberapa demensia disebabkan oleh antibodi yang merusak saraf (autoantibodi)

Namun, tidak satupun dari pemeriksaan di atas yang spesifik untuk sepsis sehingga diagnosa ensefalopati sepsis biasanya ditegakkan setelah menyingkirkan adanya kemungkinan ensefalopati karena penyebab lainnya.

 

Tata Laksana

Meskipun tingkat kematiannya cukup tinggi, tata laksana ensefalopati sepsis terbatas hanya dengan menangani infeksi yang mendasari dan memberikan terapi untuk mengatasi gejalanya saja seperti kejang dan gangguan kesadaran.

Pemberian terapi infus antibiotik adalah terapi utama dan harus dilakukan segera setelah diagnosis sepsis ditegakkan. Pemberian antibiotik secara dini dikaitkan dengan angka kematian yang lebih rendah. Pilihan antibiotik masih kontroversial dan akan dihubungkan dengan riwayat penderitanya misalnya riwayat pemakaian antibiotic sebelumnya, riwayat penyakit, dan pertimbangan dokter. Dokter juga akan melihat hasil kultur darah yang menunjukan bakteri spesifik penyebab sepsis.

Sebelum hasil kultur darah ini didapatkan, dokter akan memberikan antibiotik dengan jangkauan luas seperti vankomisin, piperasilin-tazobaktam, imipenem-silastatin atau sefepim. Selain itu, dapat juga ditambahkan dengan antibiotik golongan lain seperti florokuinolon, aminoglikosida, atau monobactam. Setelah hasil kultur darah keluar, antibiotik ini mungkin akan diganti menyesuaikan dengan bakteri penyebabnya. Terapi antibiotic ini biasanya diberikan minimal selama 7 sampai 10 hari, meskipun dapat lebih lama pada penderita yang memberikan respon yang lambat, infeksi yang membandel, atau penderita dengan penurunan sistem imun.

 

Komplikasi

Ensefalopati sepsis dapat menimbulkan gangguan fungsi kognitif yang dapat menetap, sehingga memengaruhi kualitas hidup. Selain itu, komplikasi terburuk ensefalopati adalah kematian.

 

Pencegahan

Pencegahan ensefalopati sepsis adalah dengan menangani sepsis dengan cepat dan tepat. Namun, hal ini tidak selalu berhasil. Oleh karena itu, lebih baik Anda melakukan beberapa cara untuk mencegah sepsis yaitu dengan:

  • Menerapkan kebiasaan cuci tangan yang baik
  • Mendapatkan vaksin sesuai jadwal
  • Memeriksakan diri ke dokter secara rutin jika Anda menderita penyakit kronis (jangka panjang)
  • Memeriksakan diri ke dokter segera jika Anda mencurigai diri Anda mengalami infeksi

 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda atau orang lain mengalami gejala ensefalopati, Anda perlu segera mencari pertolongan medis dengan menelepon nomor emergensi atau pergi ke IGD. Namun, jangan menyetir sendiri ke IGD karena Anda dapat saja mengalami penurunan kesadaran.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Tea Karina Sudharso
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 18:57

Chaudhry, N. (2014). Sepsis Associated Encephalopathy. Pubmed. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4590973/

Sepsis: Causes, Symptoms, Treatment & Prevention. (2022). Retrieved 22 September 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/12361-sepsis#prevention

Ren, C., Yao, R., Zhang, H., Feng, Y., & Yao, Y. (2020). Sepsis-associated encephalopathy: a vicious cycle of immunosuppression. Journal Of Neuroinflammation17(1). doi: 10.1186/s12974-020-1701-3