Dalam pernikahan, selingkuh berarti mengingkari janji untuk tetap setia kepada pasangan. Janji tersebut bisa berupa sumpah pernikahan atau kesepakatan pribadi dengan pasangan.
Selingkuh bisa dilakukan oleh pihak pria maupun wanita. Namun, mana yang lebih rentan untuk berselingkuh setelah menikah, pria atau wanita?
Mengapa Orang Berselingkuh Setelah Menikah?
Selingkuh adalah hal umum yang ditemui pada banyak pernikahan, namun bukan berarti hal ini boleh dibenarkan. Ada banyak alasan yang menyebabkan orang berselingkuh dan mengingkari janji pernikahan, di antaranya:
- Kemarahan terhadap pasangan
- Merasa rendah diri
- Kurangnya cinta dan kepuasan dalam hubungan
- Rendahnya komitmen pada hubungan
- Memiliki kebutuhan akan hubungan yang bervariasi dan tidak membosankan
- Pengabaian
- Balas dendam
- Memiliki masalah kecanduan, baik pada obat terlarang, alkohol, judi, dll.
- Hasrat seksual yang tidak tercukupi, dan lainnya
Penting untuk dipahami bahwa alasan-alasan tersebut muncul dari diri pelaku perselingkuhan, bukan tanggung jawab pasangan yang dikhianati. Bagaimanapun keadaannya, ada pilihan untuk memperbaiki masalah dalam rumah tangga bukan malah berkhianat.
Bisa dilihat bahwa ada sejumlah alasan perselingkuhan terjadi setelah menikah. Namun dibalik itu semua, bisa ditarik beberapa benang merah, salah satunya adalah kebutuhan yang tidak terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan dalam hubungan tersebut bisa saja tidak dikomunikasikan dan dibiarkan tidak teratasi. Tidak semua orang mau berupaya lebih untuk menyelesaikan masalah di dalam rumah tangganya. Padahal hubungan jangka panjang yang stabil memerlukan komunikasi yang baik antar pasangan.
Banyak orang lebih memilih mencari jalan keluar instan ketimbang harus berpikir keras menghadapi masalah. Sebagian lainnya mungkin memiliki beban masa kecil seperti pengabaian, pelecehan, atau perselingkuhan orang tua yang memengaruhi kemampuan mereka dalam mempertahankan komitmen.
Siapa yang Lebih Rentan Selingkuh, Pria atau Wanita?
Penelitian yang dilakukan oleh Institute for Family Studies pada tahun 2010-2016 yang dilakukan pada pria dan wanita yang menikah atau sudah pernah menikah sebelumnya, menemukan bahwa secara umum pria lebih cenderung berselingkuh daripada wanita.
Hal ini sedikit bervariasi sesuai usia. Jika berbicara mengenai orang dewasa yang berusia 18-29 tahun dan sudah menikah, wanita sedikit lebih mungkin untuk selingkuh (11%) bila dibandingkan dengan pria di kelompok usia yang sama (10%). Namun pada kelompok usia berikutnya berdasarkan penelitia tersebut, dari usia 30-80 tahun ke atas, pria lebih mungkin untuk berselingkuh.
Selingkuh dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental
Selingkuh dapat berdampak bagi kesehatan mental pelaku dan juga korban perselingkuhan. Bagi orang yang dikhianati, perselingkuhan bisa menjadi titik terendah di dalam hidup, terutama bila Anda menemukan perselingkuhan yang terjadi sejak lama.
Seseorang yang dikhianati juga akan lebih mudah pulih saat pasangannya dengan jujur mengungkapkan perselingkuhannya.
Sedangkan bagi pelaku perselingkuhan, Anda mungkin merasakan lebih banyak keinginan untuk menebus kesalahan dibanding penyesalan. Jujur pada pasangan tentang perselingkuhan adalah langkah pertama untuk memperbaiki hubungan.
Baik menjadi orang yang berselingkuh atau orang yang diselingkuhi, Anda tidak sendirian. Banyak pasangan yang bisa benar-benar pulih dari perselingkuhan dan mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangga kembali.
Setelah perselingkuhan selesai, Anda dan pasangan harus sama-sama mendefinisikan apa itu perselingkuhan. Hal yang dianggap bukan perselingkuhan dan pengkhianatan bisa berbeda pada setiap orang. Galilah segala sesuatu yang selama ini diabaikan dan perbaiki kekurangan dalam hubungan.
Yang tidak kalah penting adalah untuk tidak merasa malu memperbaiki hubungan setelah perselingkuhan dan juga membangun kembali kepercayaan. Tidak selamanya perceraian menjadi akhir dari perselingkuhan dalam pernikahan. Hubungi konselor pernikahan atau psikolog apabila Anda membutuhkan mediator untuk memperbaiki hubungan pernikahan setelah pengkhianatan.
Writer : Agatha Writer
Editor :
- dr Hanifa Rahma
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 03:14