Perselingkuhan merupakan hal yang menyakitkan yang terjadi dalam sebuah perkawinan. Penyebab perselingkuhan sangat beragam, mulai dari merasa kurang perhatian, kebosanan, hasrat seksual yang tinggi, hingga masalah psikologis. Efek perselingkuhan pun bukan hanya dialami oleh pasangan yang diselingkuhi, namun juga dirasakan oleh anak. Anak tentu ikut merasakan kesedihan hebat ketika mengetahui orang tuanya berselingkuh. Dalam perselisihan orang tua, anak-anak kerap mejadi korban baik secara fisik maupun emosional.
Pada anak yang berusia lebih muda, kemungkinan besar belum bisa memahami apa yang terjadi dengan orang tuanya, namun mereka dapat mengerti bahwa orang tuanya tersakiti. Pada anak-anak yang berusia lebih besar, perselingkuhan dapat memengaruhi kesehatan mental dan pola pikir anak di masa depan.
Apabila perselingkuhan dapat diatasi secara damai dengan konseling, hal ini dapat memberikan efek minimal pada anak. Namun bila perselingkuhan telah berlangsung lama dan diselesaikan dengan cara tidak damai, penuh pertengkaran dan emosi, hal ini dapat berpengaruh pada kondisi psikologis anak.
Beberapa dampak psikologis yang bisa dirasakan anak ketika orang tua berselingkuh antara lain:
1. Hilangnya kepercayaan pada orang tua
Perselingkuhan yang dialami orang tua dapat membuat anak merasa kehilangan kepercayaan pada orang tua. Anak-anak selalu menjadikan orang tua sebagai contoh terbaik dalam menjalani hidup termasuk ketika menghadapi masalah dalam pernikahan. Adanya perselingkuhan membuat anak merasa dikhianati dan sulit percaya pada orang tua.
2. Anak dapat kehilangan empati
Bagi anak-anak, orang tua seharusnya bersikap dewasa dalam menghadapi kesulitan dalam pernikahan dan selingkuh jelas bukan solusi yang diharapkan. Perselingkuhan orang tua menyebabkan anak merasa kecewa, sakit hati dan sulit bagi anak untuk memahami perasaan orang tuanya. Apabila hal ini terus berlanjut, anak dapat merasa kehilangan empati pada orang lain.
3. Mengubah pola pikir anak dalam memandang sebuah hubungan
Ketidakharmonisan hubungan orang tua membuat anak berpikir bahwa hubungan pernikahan bukanlah suatu hubungan yang penting dan sakral serta dapat hancur sewaktu-waktu. Hal ini dapat menyebabkan anak sulit percaya pada orang lain, sulit membangun hubungan baru dan tidak percaya akan lembaga pernikahan.
Dilansir dari Talk Space, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa anak yang mengetahui orang tuanya tidak setia dapat meningkatkan kemungkinan anak untuk melakukan hal yang serupa di masa depan. Anak juga dapat merasa ketakutan akan sebuah komitmen dan memiliki sifat paranoid, khawatir pasangannya akan berselingkuh meskipun ia telah bersikap setia.
4. Anak dapat mengalami depresi
Apabila perselingkuhan orang tua menyebabkan pertengkaran hebat yang diketahui anak-anak, hal ini dapat menyebabkan anak merasa depresi. Bagi anak, keluarga dan orang tua merupakan tempat yang dapat membuat mereka merasa nyaman. Namun dengan adanya perselingkuhan dan pertengkaran, hal ini membuat anak merasa bahwa keluarganya bukan lagi tempat yang nyaman untuk berlindung. Situasi ini kerap membuat anak merasa depresi.
Perselingkuhan orang tua dapat memberi efek psikologis yang merugikan anak dan membuat keluarga mengalami disfungsi sehingga anak menjadi depresi dan kehilangan motivasi. Melihat hubungan orang tua yang tidak harmonis juga dapat membuat anak merasa ditinggalkan yang juga dapat memicu depresi.
Ketika terjadi perselingkuhan, bukan hanya pasangan suami istri yang tersakiti namun juga anak-anak. Selama ini konseling umumnya hanya fokus pada pasangan yang diselingkuhi atau yang berselingkuh. Padahal, anak-anak yang sudah memahami masalah perselingkuhan orang tuanya juga membutuhkan bantuan konseling.
Apabila anak-anak menunjukkan gejala kecemasan, emosi amarah yang meledak-ledak dan perubahan perilaku, maka pertimbangkan untuk mengajak si kecil menjalani konseling dengan psikolog atau psikiater agar anak dapat menguasai dan mengendalikan dirinya dengan baik.
- dr Hanifa Rahma