HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Dengan memahami bagaimana penularan HIV ke dalam tubuh diharapkan akan menurunkan angka penyebaran HIV di masyarakat. Namun sayangnya pemahaman masyarakat tentang penularan HIV masih sangat minim.
HIV dapat menular melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, carian vagina, cairan anus dan air susu ibu (ASI). Penularan HIV yang paling umum adalah melalui hubungan seks vaginal, seks oral dan seks anal yang dilakukan tanpa kondom. Selain itu, HIV juga dapat ditularkan melalui kontak langsung antara lendir dan luka yang terbuka dengan cairan tubuh, penggunaan jarum suntik secara bergantian dan transfusi darah.
Rendahnya pemahaman masyarakat akan perilaku yang berisiko menjadi sarana transmisi (penularan) HIV menyebabkan angka kasus HIV menjadi sulit dikendalikan. Ditambah lagi dengan stigma masyarakat pada pasien HIV/AIDS yang menyebabkan pasien HIV merasa terasingkan. Banyak orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dijauhi masyarakat, karena berinteraksi dengan mereka dianggap dapat menularkan virus.
Faktanya, interaksi sosial harian dengan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) tidak dapat menularkan virus HIV. Dilansir dari CDC, berikut ini kegiatan sosial yang tidak berisiko menularkan HIV:
- Gigitan hewan seperti nyamuk, kutu, atau serangga lainnya
- Batuk dan bersin
- Berbagi makanan dan alat makan
- Saling meminjam pakaian atau handuk
- Menggunakan kamar mandi atau toilet bergantian
- Menyentuh air liur, air mata dan keringat yang tidak bercampur darah dari orang yang positif HIV
- Aktivitas fisik lainnya yang tidak melibatkan pertukaran cairan tubuh seperti berpelukan, berciuman yang tidak menimbulkan luka terbuka, cium pipi, berjabat tangan, bergandeng tangan dan tidur seranjang dengan orang positif HIV
HIV juga tidak menular melalui transmisi udara sehingga berada satu ruangan dengan pasien HIV tidak akan membuat seseorang tertular HIV.
Viral load HIV dan penularannya
Hal lain yang juga memengaruhi penularan HIV adalah viral load dari pertukaran cairan tubuh. Cairan tubuh seperti air liur, air mata dan keringat tidak memiliki viral load yang cukup tinggi untuk bisa menularkan virus ke orang lain. Namun cairan tubuh seperti darah dan air mani memiliki viral load yang tinggi sehingga membutuhkan penanganan.
Viral load mencapai angka tertinggi di awal fase HIV jika tidak segera ditangani dengan obat-obatan antiretroviral. Dilansir dari Healthline, CDC mengungkapkan jika viral load HIV seseorang tidak terdeteksi maka kemungkinan penularannya akan sangat kecil.
Dengan mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) setiap hari, obat akan berusaha menekan viral load hingga berada di level yang rendah dan tidak terdeteksi saat pemeriksaan HIV. Jika HIV tidak terdeteksi dalam pemeriksaan darah, maka seorang pasien positif HIV tidak dapat menularkan virus pada orang lain. Untuk itu, penting bagi orang yang positif HIV untuk segera mengonsumsi obat ARV setiap hari sesuai anjuran dokter dan tetap menjauhi perilaku yang berisiko menyebarkan penularan virus HIV.
Hingga saat ini belum ada obat untuk menangani HIV. Untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai HIV, konsultasikan dengan dokter atau layanan kesehatan terdekat. Penting bagi masyarakat untuk mendapat akses informasi yang tepat seputar HIV untuk mencegah penyebaran virus semakin meluas dan membantu orang dengan positif HIV agar memiliki kehidupan sosial dan kualitas hidup yang baik.
- dr Nadia Opmalina
CDC. Ways HIV is Not Transmitted (2021). from : https://www.cdc.gov/hiv/basics/hiv-transmission/not-transmitted.html
Avert. Myths About HIV and AIDS (2021). from : https://www.avert.org/hiv-transmission-prevention/myths
Rachel Nall. HIV and AIDS: Transmission myths and facts (2020). from : https://www.medicalnewstoday.com/articles/323832
Whitney Akers. CDC Agrees That Person With Undetectable HIV Cannot Transmit the Virus (2020). from : https://www.healthline.com/health-news/cdc-person-with-undetectable-hiv-cannot-transmit-virus#