Gangguan tumbuh kembang anak dapat memengaruhi kualitas hidup anak di masa mendatang. Orang tua perlu memantau tumbuh kembang anak dalam tiga tahun pertama agar jika ditemukan tanda-tanda gangguan tumbuh kembang dapat segera diatasi.

Jenis Gangguan Tumbuh Kembang Anak

Gangguan tumbuh kembang anak adalah kondisi dimana tumbuh kembang anak tidak mencapai tonggak tumbuh kembang anak yang diharapkan untuk anak seusianya.

Beberapa jenis gangguan tumbuh kembang dapat teratasi seiring berjalannya waktu, namun beberapa kondisi memerlukan terapi untuk melatih kemampuan anak. Anak yang mendapat intervensi dini diharapkan dapat tumbuh mencapai potensi penuhnya.

Gangguan tumbuh kembang anak bervariasi, termasuk di antaranya:

• Gangguan kognitif, meliputi keterampilan kognitif seperti berpikir, belajar dan memahami informasi
• Gangguan keterampilan sosial dan emosional, yaitu gangguan dalam mengekspresikan perasaan dan mengkomunikasikan kebutuhan
• Gangguan keterampilan bicara dan bahasa, yaitu gangguan dalam keterampilan bicara dan bahasa
• Gangguan keterampilan motorik halus dan kasar, yaitu gangguan kemampuan mengoordinasikan otot kecil dan besar sehingga anak mungkin meegalami kesulitan menulis, menggenggam sendok, berguling, dan melompat
• Gangguan spektrum autisme, dimana anak mengalami gangguan saraf dan otak yang menyebabkan gangguan dalam berkomunikasi, berpikir, dan bertindak. 

Baca Juga: Tips Mendampingi Anak dengan Autisme

Jenis Terapi untuk Mengatasi Gangguan Tumbuh Kembang Anak

Kunci utama penanganan gangguan tumbuh kembang anak adalah pada intervensi dini yang diberikan untuk mengatasi keterlambatan perkembangan anak. Semakin dini intervensi diberikan, anak dengan gangguan tumbuh kembang dapat mengejar ketertinggalannya.

Beberapa terapi yang bisa diberikan untuk mengatasi gangguan tumbuh kembang anak antara lain:

Terapi wicara

Jika anak Anda didiagnosis mengalami keterlambatan bicara, dokter dapat merekomendasikan terapi wicara untuk melatih keterampilan anak dalam berbicara dan berbahasa. Beberapa kegiatan dalam terapi wicara dapat mencakup:

• Mengajak anak lebih banyak berkomunikasi baik lewat percakapan atau nyanyian
• Membacakan buku setiap hari
• Mendorong anak untuk bercerita

Baca Juga: Sering Dikira Sama, Ini Perbedaan ADHD dan Autisme

Terapi okupasi

Terapi okupasi adalah terapi yang bertujuan agar pasien dapat melakukan tugas sehari-hari secara mandiri. Terapi ini bisa diberikan pada orang yang mengalami sindrom Down, gangguan spektrum autis, cerebral palsy, cedera, atau baru saja menjalani operasi. Jenis terapi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien, di antaranya:

• Berpakaian
• Minum obat
• Berbelanja 
• Mengemudi atau menggunakan transportasi umum
• Menggunakan komputer atau teknologi lainnya

Terapi fisik

Terapi fisik bisa diberikan pada anak yang mengalami gangguan motorik. Terapi ini berfungsi untuk mengembalikan fungsi dan gerak tubuh agar anak memiliki koordinasi gerak yang baik.

Tergantung jenis gangguan motorik yang dialami, beberapa jenis latihan yang diberikan antara lain senam, olahraga, dan aktivitas fisik lainnya yang bertujuan menguatkan otot, melatih keseimbangan, dan koordinasi. 

Terapi perilaku

Terapi perilaku bisa diberikan untuk mengatasi anak yang hiperaktif atau sulit fokus. Terapi yang diberikan dapat berfokus pada melatih keterampilan baru pada anak dan penguatan perilaku positif. Dengan fokus pada perbaikan perilaku dan pengembangan keterampilan, terapi ini melatih keterampilan anak dalam mengelola emosi mereka dan menghadapi situasi sosial dengan lebih baik.

Gangguan tumbuh kembang anak dapat menghalangi anak mencapai potensi maksimalnya. Jika Anda curiga si kecil mengalami gangguan tumbuh kembang sebaiknya segera periksakan ke dokter anak atau psikolog anak untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat. Anda juga bisa memanfaatkan fitur konsultasi pada aplikasi Ai Care yang bisa diunduh melalui App Store atau Play Store. 

Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!