Hipopigmentasi Pasca Inflamasi

Credit: Klaus J. Busan, M.D., ed. Dermatopathology (NY: Elsevier Inc., 2010).

Bagikan :


Definisi

Secara terminologi, kondisi hipopigmentasi pasca inflamasi didefinisikan sebagai bentuk kekurangan pigmen atau zat warna kulit yang terjadi akibat kerusakan dari luar kulit atau dari dalam kulit. Hipopigmentasi merupakan perubahan warna kulit yang menjadi lebih pucat dibandingkan warna kulit sekitarnya. Zat warna pada sel kulit tidak cukup diproduksi, sehingga area kulit yang sebelumnya mengalami inflamasi (peradangan) atau kerusakan terlihat berwarna lebih pucat.

Kulit merupakan salah satu bagian tubuh yang penting bagi manusia. Kulit manusia berfungsi untuk melindungi manusia dari paparan bahaya fisik, kimia maupun biologi. Kulit manusia terdiri atas beberapa lapisan, yaitu lapisan terluar kulit (epidermis), lapisan kedua di bawahnya yang lebih tebal (dermis), dan lapisan terdalam kulit (hipodermis).

Kulit yang terawat dapat menunjang penampilan seseorang. Namun, kulit manusia dapat mengalami peradangan yang bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi, cedera, dan lain-lain. Kerusakan pada lapisan kulit setelah mengalami peradangan tersebut dapat menyebabkan timbulnya bekas. Salah satu bentuk bekas pasca peradangan yang timbul bisa berupa perubahan warna kulit yang menjadi lebih pucat dibanding dengan warna kulit di sekitarnya.

Kondisi ini pada umumnya bersifat jinak dan tidak menimbulkan gejala. Namun, bekas peradangan pada kulit dapat menyebabkan gangguan secara kosmetik. Hipopigmentasi pasca inflamasi dapat terjadi pada semua usia tanpa melihat jenis kelamin. Namun, kondisi ini akan lebih terlihat pada orang dengan kulit berpigmen atau orang berkulit gelap. Pengobatan secara dini pada kasus hipopigmentasi pasca inflamasi diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup orang yang mengalami kondisi ini. Selain itu, tata laksana secara dini dapat mencegah perburukan yang bersifat ireversibel.

 

Penyebab

Kondisi hipopigmentasi pasca inflamasi dapat terjadi karena penyebab dari dalam kulit maupun dari luar kulit. Proses peradangan dan cedera pada kulit dapat menyebabkan salah satu area kulit yang terkena menjadi terlihat lebih putih. Perubahan warna kulit terjadi karena sel pigmen yang bekerja dalam menghasilkan pigmen melanin pada kulit mengalami kerusakan akibat proses peradangan. Bercak berwarna terang yang timbul ini paling jelas terlihat pada orang-orang yang berkulit gelap.

Secara spesifik, terdapat beberapa penyebab terjadinya hipopigmentasi pasca inflamasi, yaitu berupa:

Faktor Internal

  • Kondisi kulit yang menimbulkan peradangan
    • Dermatitis seboroik, sisik putih yang bisa tampak kemerahan pada kulit dan rambut
    • Dermatitis atopi, peradangan pada kulit akibat alergi 
    • Dermatitis kontak, peradangan pada kulit akibat bahan atau senyawa tertentu
    • Psoriasis, terdapat sisik putih yang tebal pada kulit
  • Infeksi seperti sifilis pada kulit

 

Faktor Eksternal

  • Pasca terapi
    • Terapi laser
    • Cryotherapy
    • Chemical peels
    • Bercak kulit pasca operasi
  • Pasca cedera
    • Luka bakar karena bahan kimia
    • Luka bakar karena suhu

 

Faktor Risiko

Hipopigmentasi pasca inflamasi dapat terjadi pada semua usia tanpa melihat jenis kelamin. Namun kondisi ini akan lebih terlihat pada orang dengan orang berkulit gelap karena kontras bercak dengan warna kulit alami mereka. Orang-orang yang mengalami luka bakar atau cedera berisiko mengalami bercak kulit ini. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada kulit juga bisa berpengaruh terhadap timbulnya bercak hipopigmentasi pasca inflamasi.

Penyakit kulit serta beberapa obat-obatan tertentu dapat menimbulkan bercak berwarna pucat pada orang-orang yang berkulit gelap, seperti obat oles yang mengandung steroid kuat, atau obat jerawat yang mengandung benzoil peroksida.

 

Gejala

Hipopigmentasi pasca inflamasi umumnya tidak menimbulkan keluhan seperti gatal atau nyeri yang menyertai bercak kulit. Hanya terdapat bercak berwarna pucat pada daerah yang sebelumnya mengalami peradangan atau cedera. Bercak ini jika diraba akan teraba datar, tidak bersisik dan berwarna lebih pucat atau lebih terang dibanding dengan warna kulit di sekitarnya.

 

Diagnosis

Wawancara dan Pemeriksaan Fisik

Dokter Anda akan menanyakan keluhan bercak berwarna pucat yang sedang Anda rasakan. Selain itu, dokter juga dapat bertanya mengenai faktor-faktor pada diri Anda yang berpengaruh terhadap timbulnya bercak, seperti penyakit atau kondisi lain yang dialami, obat-obatan yang dipakai, bila mengalami infeksi atau cedera sebelumnya, mengikuti prosedur pembedahan, dan lain-lain.

Diagnosis hipopigmentasi pasca inflamasi ditegakan dengan menggunakan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik, dokter Anda akan menemukan adanya bercak berwarna pucat atau lebih terang daripada warna kulit di daerah sekitarnya. Pada saat diraba, bercak tersebut akan teraba datar dan tidak bersisik.

 

Pemeriksaan Penunjang

Pada beberapa kasus, hipopigmentasi pasca inflamasi membutuhkan pemeriksaan penunjang untuk membedakan bercak dengan kondisi penyakit kulit lain yang memiliki tanda serupa. Salah satu pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan adalah biopsi. Pemeriksaan biopsi dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel jaringan kulit pada bercak yang berwarna pucat tersebut. Sampel tersebut kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop.

Selain biopsi, pada beberapa kasus juga dapat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan lampu wood. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat lesi atau bercak pucat di bawah lampu wood. Hal ini dilakukan untuk membedakan penyebab bercak pada hipopigmentasi pasca inflamasi dengan kondisi kulit lainnya yang memiliki tanda serupa.

 

Tata Laksana

Pengobatan pada hipopigmentasi pasca inflamasi dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan mengobati faktor pencetus timbulnya bercak. Setelah peradangan yang menyebabkan terjadinya hipopigmentasi pasca inflamasi telah sembuh, kondisi ini akan mengalami penyembuhan secara spontan dalam beberapa bulan meskipun tidak diberi pengobatan. 

Jika bercak pucat hipopigmentasi pasca inflamasi terjadi pada area kulit yang cukup luas atau berada di area tubuh seperti wajah, leher, atau tempat-tempat lain yang tidak diinginkan, dokter Anda mungkin akan merekomendasikan beberapa pengobatan tambahan. Dokter dapat memberikan obat-obatan dalam bentuk krim atau salep untuk dioleskan pada permukaan kulit. 

 

Komplikasi

Meskipun tidak menimbulkan gejala, kondisi ini dapat berdampak secara psikologis atau memengaruhi kesehatan mental penderitanya. Hal ini bisa terjadi terutama jika bercak hipopigmentasi pasca inflamasi tersebut muncul pada daerah tubuh yang mudah terlihat, seperti wajah, leher, tangan atau kaki. Bercak kulit tersebut dapat memengaruhi penampilan penderitanya, lebih lanjut lagi, kondisi ini dapat menganggu kualitas hidup penderita.

Pada kasus hipopigmentasi pasca inflamasi, kulit hanya memiliki sedikit jumlah zat warna kulit atau melanin. Padahal melanin bertugas untuk melindungi kulit Anda dari radiasi sinar ultraviolet sinar matahari. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berisiko menyebabkan terjadinya kanker kulit di kemudian hari.

 

Pencegahan

Jaga agar kulit tetap sehat dan terlindungi. Pada kasus hipopigmentasi pasca inflamasi, kulit Anda memiliki jumlah melanin atau zat warna kulit yang lebih sedikit. Hal ini menyebabkan Anda lebih berisiko mengalami kanker kulit dikemudian hari sehingga diperlukan penggunaan tabir surya secara rutin setiap hari untuk mencegah komplikasi tersebut. Gunakan tabir surya dengan SPF 30 ke atas untuk melindungi kulit Anda dari paparan sinar UV matahari.

 

Kapan Harus Ke Dokter?

Segera kunjungi dokter Anda jika muncul bercak berwarna pucat atau lebih terang dari kulit di area sekitarnya dalam jumlah banyak tanpa diketahui penyebabnya. Jika muncul bercak berwarna pucat atau lebih terang dari warna area sekitarnya tanpa adanya riwayat cedera sebelumnya, atau disertai dengan adanya rasa baal atau hilang sensasi perabaaan pada daerah bercak tersebut, segera periksakan diri Anda ke dokter.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Sherly Deftia Agustina
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Senin, 4 April 2022 | 14:19

Madu, P. N., Syder, N., & Elbuluk, N. (2020). Postinflammatory Hypopigmentation: A Comprehensive Review of Treatments. Journal of Dermatological Treatment, 1–13. doi:10.1080/09546634.2020.1793892 

Dermcoll.edu.au. ACD A-Z of Skin - Post-inflammatory hypopigmentation. Diakses pada 23 Maret 2022, dari https://www.dermcoll.edu.au/atoz/post-inflammatory-hypopigmentation/

Medlineplus.gov. (2022, 14 Januari). Skin Pigmentation Disorders | Hyperpigmentation | MedlinePlus. Diakses pada 23 Maret 2022, dari https://medlineplus.gov/skinpigmentationdisorders.html

Yenny, S. W. (2019). Common Hypopigmentation Disorders (pp. 01–20). Universitas Andalas.

Healthline.com. (2018, 29 September). Hypopigmentation: Causes, Risk Factors, Treatments, More. Diakses pada 23 Maret 2022, dari https://www.healthline.com/health/skin-disorders/hypopigmentation