Spasme Otot

Ilustrasi spasme otot.

Bagikan :


Definisi

Spasme atau kram otot adalah kontraksi otot yang tidak disengaja atau disadari secara terus menerus dan terlokalisasi. Spasme otot sering muncul sebagai kedutan, kaku, atau rasa nyeri yang terjadi secara tiba-tiba, sering disebut pula sebagai kejang otot.

 

Penyebab

Penyebab spasme otot bergantung pada situasi tertentu. Penyebab spasme otot terkait suhu panas sering terjadi selama olahraga atau aktivitas fisik yang berat. Pada kondisi ini, kehilangan banyak keringat dan elektrolit (mineral meliputi kalsium, magnesium dan mineral lain yang terlibat) diyakini sebagai mekanisme penyebab yang mendasari terjadinya gejala spasme otot.

Selain gangguan keseimbangan elektrolit atau mineral dalam tubuh, spasme otot juga dikaitkan dengan adanya gangguan saraf  seperti pada penyakit sklerosis multipel.

Baca lebih lanjut mengenai penyakit Sklerosis Multipel pada tautan berikut: Penyakit Sklerosis Multipel - Definisi, Penyebab, Gejala, dan Tata Laksana.

Kondisi medis lainnya seperti hipertiroid (kelebihan hormon tiroid) merupakan kelompok yang cenderung lebih berisiko mengalami kejang otot.

Spasme otot yang terjadi malam hari dapat dipengaruhi oleh faktor kecemasan dan tingkat stres. Hal tersebut menimbulkan ketegangan dan nyeri otot, sehingga spasme otot yang dirasakan dapat muncul berupa kedutan otot yang terjadi secara tiba-tiba.

Faktor pemicu lain yang sering dikaitkan dengan spasme otot adalah mengonsumsi kafein dalam jumlah yang berlebih.

 

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya spasme otot antara lain:

  • Usia, lebih dari 65 tahun
  • Kondisi hamil, terutama trimester 3
  • Atlet dengan aktivitas fisik atau latihan yang berlebihan
  • Suhu panas ekstrem
  • Kondisi medis tertentu, seperti penyakit sklerosis multipel
  • Pengaruh psikis dan tingkat stres berlebih
  • Penggunaan obat-obatan tertentu seperti golongan diuretik, statin, atau beta-agonis
  • Konsumsi kafein berlebih
  • Obesitas

 

Gejala

Umumnya, gejala spasme otot meliputi nyeri tajam yang dirasakan secara tiba-tiba di area otot. Nyeri otot terutama dirasakan pada kaki, seperti otot betis, gastrocnemius, dan tricep surae. Selain itu, dapat terasa juga sensasi berupa kontraksi seperti adanya gumpalan yang bergerak-gerak di bawah kulit.

Spasme otot kaki dapat muncul siang hari, tetapi paling sering muncul di malam hari. Oleh karena itu, pasien yang mengalami spasme otot juga sering mengeluhkan insomnia atau gangguan tidur.

Selain itu, gejala lain spasme otot adalah sebagai berikut:

  • Otot yang kaku, dapat pula melibatkan sendi
  • Gerakan tersentak-sentak atau berkedut-kedut yang tidak disadari
  • Refleks yang berlebihan
  • Kesulitan bergerak

 

Diagnosis

Diagnosis spasme otot didasarkan pada gejala yang dirasakan pasien dan penyebab yang mendasarinya. Pasien perlu merunutkan kronologi kejadian dan menghubungkan dengan faktor-faktor risiko yang mencetuskan spasme otot ,sehingga dokter dapat mengarahkan pemeriksaan sesuai indikasi yang tepat.

Jika kondisi spasme otot dicurigai karena gangguan keseimbangan elekrolit, maka dokter akan memeriksa laboratorium berupa kadar elektrolit dalam darah. Modalitas penunjang lain selain laboratorium meliputi Elektromiogram (EMG), CT Scan, atau MRI.

 

Komplikasi

Jika spasme otot terjadi akibat gangguan keseimbangan elektrolit, maka dapat mengakibatkan gangguan kelistrikan jantung. Namun, komplikasi spame otot secara umum adalah adanya gangguan kualitas hidup khususnya bila sering terjadi pada malam hari.

Kondisi spasme otot pada malam hari dapat menyebabkan ganguan tidur. Pada atlet, mungkin akan memengaruhi performa dalam latihan fisik yang dijalani.

 

Pengobatan

Beberapa pertolongan pertama yang dapat Anda lakukan di rumah atau sesaat setelah Anda mengelami gejala spasme otot adalah sebagai berikut:

  • Stretching, melakukan peregangan pada otot yang mengalami kram.
  • Massage, melakukan pemijatan yang gentle pada otot yang kram untuk meredakan nyeri. Namun, hal ini harus dilakukan secara perlahan dan tepat agar tidak memperburuk kondisi spasme.
  • Kompres es, menggunakan ice pack/handuk yang dingin diletakkan pada lokasi otot yang kaku/kram selama 15-20 menit dapat diulang beberapa kali dalam sehari.
  • Minum lebih banyak air putih atau cairan elektrolit seperti oralit, hal ini dapat membantu Anda untuk tetap terhidrasi (kebutuhan cairan tercukupi), terutama jika sedang berolahraga atau cuaca panas. Minumlah air putih minimal 8  gelas per hari.
  • Menggunakan obat oles yang dijual bebas seperti krim pereda nyeri, terutama yang mengandung menthol dengan sensasi dingin yang dijual bebas tanpa resep juga diharapkan dapat membantu mengatasi spasme otot.

 

Pencegahan

Pencegahan spasme otot dikhususkan pada hal yang mendasari seperti sebelum olahraga atau aktivitas fisik melalukan peregangan terlebih dahulu, menghindari terjadinya dehidrasi dengan minum air putih yang cukup. Pada atlet dengan latihan fisik yang rutin perlu adanya kesadaran untuk istirahat selang beberapa episode latihan, sehingga otot dapat istirahat dan tidak dibebani terus menerus.

Pola hidup sehat, konsumsi makanan bergizi dan seimbang, istirahat yang cukup selalu menjadi kunci utama pencegahan dari berbagai penyakit termasuk spasme otot.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda sudah melakukan pertolongan pertama di atas, tetapi kurang efektif atau rasa nyeri dan gejala lain dari spasme otot dirasakan amat mengganggu, maka perlu dilakukan pemeriksaan dan pengobatan yang khusus oleh profesional kesehatan. Anda dapat menemui dokter umum terdekat, sehingga mendapat terapi yang tepat.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Ulfayanti Syahmar
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 21:59

Bordoni B, Sugumar K, Varacallo M. Muscle Cramps. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499895/

Cleveland Clinic. Muscle Spasm. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15466-muscle-spasms

Miller TM, Layzer RB. Muscle Cramps. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15902691/