Stunting

Bagikan :


Definisi

Stunting atau perawakan pendek pada anak adalah istilah yang digunakan untuk permasalahan kurang gizi dan nutrisi kronis yang ditandai tinggi badan anak lebih pendek dari standar anak seusianya. Dalam kurva WHO, anak akan lebih pendek dibawah 3 standar deviasi dikatakan stunting.  Beberapa anak mengalami kesulitan dalam mencapai bukan hanya perkembangan fisik namun juga kognitif yang optimal seperti lambat berbicara, berjalan hingga anak mengalami sering sakit.

Pencegahan stunting ini dimulai dari 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dimana dimulai semenjak dalam kandungan sampai balita. Nutrisi yang cukup dapat mencegah terjadinya stunting. Pertumbuhan dan perkembangan merupakah hal yang seharusnya dipantau pada setiap kunjungan dokter. Orang tua harus paham pentingnya setiap saran dokter untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.

Stunting merupakan permasalahan dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia (World Health Organization), stunting terjadi cukup tinggi yaitu sekitar 22% penduduk dunia pada tahun 2021. Di Indonesia sendiri, tahun 2018 Indonesia menempati peringkat stunting tertinggi ke-2 se Asia Tenggara dan ke-5 di dunia.  Stunting sangat penting diperhatikan karena dapat berdampak pada masa depan si anak sendiri.

Faktor terpenting dalam gizi anak adalah kadar asupan makronutrien dan mikronutrien yang dikonsumsi sebelum ibu hamil dan setelah bayi lahir. Hal ini sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan si anak sendiri. Postur tubuh anak memang sangat dipengaruhi banyak faktor seperti genetik, hormonal dan asupan nutrisi. Anak dengan perawakan pendek belum tentu stunting. Namun, Anak yang stunting pasti memiliki perawakan yang pendek.

 

Penyebab

Terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan anak terkena stunting. Biasannya penyebab yang paling berpengaruh adalah sejak awal kehamilan hingga anak berusia 5 tahun. Berikut ini adalah penyebab anak terkena stunting:

  • Kelainan kronis. Penyakit kronis infeksi maupun non infeksi. Infeksi pada awal kehamilan dapat seperti infeksi rubella, cytomegalovirus, toxoplasmosis, infeksi pada akhir kehamilan seperti varicella, HIV, malaria dan lainnya dapat menyebabkan kelainan stunting atau perawakan pendek pada anak.
  • Obat-obatan. Penggunaan obat obatan seperti opioid, kortikosteroid dan sitotoksik lainnya dapat berperan dalam kejadian stunting.
  • Berat badan lahir rendah (BBLR). Anak yang memiliki berat badan lahir rendah maupun prematur dapat menyebabkan kejadian stunting.
  • Kemiskinan. Tingkat kemiskinan dan pendidikan sangat berperan penting dalam kejadian stunting. Pola asuh orang tua dan kunjungan dokter juga dapat menjadi penyebab anak terkena stunting.
  • Nutrisi. Terdiri dari makronutrien dan mikronutrien. Kebutuhan ibu hamil dalam memenuhi zat besi dan asam folat serta vitamin anak juga sangat berperan dalam kejadian stunting.
  • Gangguan metabolik. Kondisi hipoglikemia, peningkatan bilirubin dan lainnya sangat berperan dalam 1000 HPK
  • Displasia tulang. kondisi ini merupakan kelainan bawaan dimana tulang anak mengalami kelainan pertumbuhan.
  • Kelainan kromosom. Kelainan kromosom seperti Fragiloe X syndrome, sindrom Down, atau kelainan mikrodelesi juga dapat menyebabkan stunting
  • Kelainan endokrin. Gangguan seperti diabetes dan lainnya berperan dalam kejadian stunting.

 

Anda dapat membaca selengkapnya mengenai infeksi TORCH, di sini: Infeksi TORCH - Definisi, Penyebab, Gejala dan Pengobatannya

 

Faktor Risiko

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor yang harus dilihat secara komprehensif agar anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.

Adapun faktor-faktor tersebut, antara lain:

Faktor dari Dalam (Internal)

  • Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus
  • Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja
  • Jenis kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat dibanding anak laki-laki, tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat
  • Genetik. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil (dwarfisme)

 

Faktor dari Luar (Eksternal)

  • Faktor Prenatal
    • Gizi. Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan memengaruhi pertumbuhan janin.
    • Mekanis. Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.
    • Toksin/zat kimia. Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin dan thalidomide dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
    • Endokrin. Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.
    • Radiasi. Paparan radiasi dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung.
    • Infeksi. lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin, antara lain: katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
    • Kelainan kekebalan tubuh. Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan rhesus antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

 

Jika Anda ingin mengetahui selengkapnya mengenai mikrosefali, Anda dapat membacanya di sini: Mikrosefali - Definisi, Penyebab, Gejala dan Pengobatannya

 

  • Faktor Pasca Persalinan
    • Gizi. Gizi merupakan hal paling penting untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
    • Penyakit kronis dan kelainan kongenital, Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
    • Lingkungan fisik dan kimia. Lingkungan sering disebut tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (timbal, merkuri, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
    • Psikologis. Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
    • Endokrin. Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
    • Sosio-ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
    • Lingkungan pengasuhan. Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat memengaruhi tumbuh kembang anak.
    • Stimulasi. Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
    • Obat-obatan. Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

 

Gejala

Anak yang terkena stunting biasanya sering diacuhkan oleh orang tua. Orang tua sering tidak menyadari bahwa anaknya memiliki tubuh pendek dan mengalami kelainan lainnya. Namun, Gejala stunting biasanya sudah mulai terlihat pada anak dengan usia 2 tahun.

Berikut ini adalah gejala yang mungkin muncul jika anak terkena stunting, antara lain:

  • Tubuh anak lebih pendek dari teman sebayanya
  • Berat badan anak lebih rendah dari teman seusianya
  • Mudah sakit
  • Gangguan belajar
  • Pertumbuhan tulang terhambat
  • Gangguan tumbuh kembang

 

Bila kondisi ini dibiarkan dalam waktu yang lama, maka anak dapat menunjukkan gejala berikut:

  • Afek datar pada anak sehingga anak tidak aktif bermain
  • Batuk kronis, demam dan berkeringat di malam hari
  • Beberapa tubuh anak akan menjadi biru ketika sedang menangis
  • Anak sering lemas
  • Sesak nafas
  • Ujung jari berbentuk tabuh
  • Anak tidak mau menyusui

 

Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai jari tabuh, Anda dapat membacanya di sini: Jari Tabuh - Definisi, Penyebab, Gejala dan Pengobatannya

 

Diagnosis

Dalam menegakkan diagnosis stunting, dokter akan melakukan pemeriksaan anamnesis atau wawancara medis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Wawancara Medis

Wawancara medis adalah wawancara yang dilakukan antar dokter dan pasien. Dokter akan bertanya mengenai:

  • Gejala yang dialami saat ini
  • Riwayat penyakit terdahulu
  • Riwayat kehamilan dan kelahiran
  • Riwayat pertumbuhan anak terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK)
  • Riwayat imunisasi dan nutrisi
  • Riwayat penyakit keluarga

Dokter juga akan melihat buku KIA atau Kartu Ibu dan Anak untuk melihat secara komprehensif mengenai riwayat ANC pasien, prenatal, post natal dan riwayat penyakit lainnya. Anak berbeda dari orang dewasa. Maka dari itu, Dokter akan melihat secara komprehensif apa yang menjadi faktor penyebab dari kegagalan tumbuh kembang anak tersebut.

 

Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan wawancara medis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik umum dan khusus. Pada pemeriksaan fisik umum, dokter akan menilai berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan body mass index (BMI). Selanjutnya, pada pemeriksaan fisik khusus dokter akan memeriksa seluruh fisik anak dan juga status neurologi.

 

Pemeriksaan Penunjang

Dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang jika memang diperlukan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan berupa:

  • Pemeriksaan Laboratorium
    • Darah Lengkap
  • Pemeriksaan Radiologi
    • Rontgen X-ray
    • CT Scan
    • MRI (Magnetic Resonance Imaging)

 

Tata Laksana

Pengobatan stunting harus dilakukan oleh dokter spesialis anak dan dilakukan dengan komprehensif tergantung dari penyebab yang mendasarinya.

Dokter akan merekomendasikan pengobatann berikut ini:

  • Melakukan pola hidup yang bersih dan diet yang sehat
  • Memenuhi nutrisi anak
  • Mengobati penyakit yang mendasarinya seperti TB paru
  • Memberikan suplemen berupa vitamin A, zinc, zat besi, kalsium, yodium dan gizi lainnya

 

Baca selengkapnya mengenai vitamin A, di sini: Vitamin A - Cara Kerja, Kontraindikasi dan Interaksi Obat

 

Komplikasi

Jika stunting tidak segera ditangani maka stunting akan mengakibatkan komplikasi berupa:

  • Gangguan metabolik ketika dewasa seperti obesitas dan diabetes
  • Anak sering sakit
  • Mudah terkena infeksi
  • Gangguan perkembangan otak sehingga anak tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik

 

Pencegahan

Stunting merupakan penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan menghindari faktor faktor risiko diatas.

Langkah yang Anda bisa lakukan adalah sebagai berikut:

  • Memenuhi asupan gizi yang cukup bahkan sebelum merencanakan kehamilan, selama kehamilan dan sampai gizi anak setelah lahir.
  • Memahami konsep 1000 hari pertama kehidupan yaitu sejak pembuahan hingga anak berusia 2 tahun.
  • Memberi ASI eksklusif sampai anak berumur 6 bulan
  • Memastikan anak mendapat imunisasi lengkap
  • Kunjungi dokter kandungan untuk ANC berkala minimal 6 kali selama kehamilan
  • Kunjungi dokter anak atau posyandu untuk pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak

 

Kapan Harus ke dokter?

Jika anak Anda memiliki perawakan pendek dari teman sebayanya, mudah sakit dan mengalami gangguan belajar, segera kunjungi dokter anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Arifin Muhammad Siregar
Editor :
  • dr. Monica Salim
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 06:58

Kemenkes. Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2020.

IDAI.Short Stature diagnosis dan tatalaksana. Best practice in pediatric. 2013

Shields, M. A. 2009. “Childhood Development “, 46(2), 281–301

Soetjiningsih, AK. Tumbuh Kembang Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana – Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995