Apakah Anda atau anak Anda pernah menjadi korban bullying? Masalah bullying merupakan masalah serius yang bisa terjadi baik di rumah maupun di sekolah. Peristiwa bullying atau perundungan merupakan mimpi buruk bagi korban dan dapat menyebabkan trauma yang membekas hingga dewasa. Anda mungkin tidak selalu bisa mencegah peristiwa bullying yang terjadi di sekolah. Namun ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan jika anak Anda mengalami bullying agar si kecil tidak menjadi trauma berkepanjangan.
Tips Jika Anak Menjadi Korban Bullying
1. Kenali tanda-tanda bullying pada anak
Bagi korban bullying di sekolah, mereka dapat merasa trauma pergi ke sekolah untuk menghindari para pelaku perundungan. Hal ini tentunya akan berdampak bagi kejiwaan dan masa depan anak. Di sisi lain, anak korban bully juga takut untuk berbicara pada orang lain mengenai apa yang ia alami, termasuk pada orang tua. Akibatnya, orang tua tidak mengetahui jika si kecil adalah korban perundungan.
Untuk itu, orang tua perlu mengenali tanda-tanda anak menjadi korban bully. Beberapa tanda-tanda anak menjadi korban bully antara lain:
- Takut untuk berangkat ke sekolah
- Tidak nafsu makan
- Sulit tidur, mimpi buruk
- Sulit konsentrasi
- Menarik diri dari kegiatan yang ia sukai
- Mengeluh barang-barang dan pakaiannya rusak atau hilang
- Mengalami penurunan nilai akademis
- Muncul memar di badan
Jika anak menunjukkan tanda-tanda seperti di atas, diiringi dengan perubahan suasana hati seperti mudah marah dan mudah menangis, maka Anda perlu curiga bahwa anak Anda mengalami bullying.
2. Dengarkan cerita anak
Ketika anak Anda akhirnya mampu bercerita bahwa ia menjadi korban bullying di sekolah, yang perlu Anda lakukan adalah tetap memberi dukungan padanya. Ucapkan terima kasih karena ia berani menceritakan mengenai peristiwa yang mungkin membuatnya traumatis. Yakinkan padanya bahwa berani bercerita mengenai peristiwa bullying pada orang lain merupakan keputusan tepat. Dengan bercerita pada orang tua atau orang lain, diharapkan dapat membantu meringankan beban yang dialami dan mengurangi risiko stres atau depresi pada anak.
3. Jelaskan pada anak mengenai bullying
Terkadang, peristiwa bullying dapat terjadi tanpa alasan. Namun pada anak, hal ini dapat anak terus-menerus menyalahkan diri atas peristiwa yang dihadapi. Anda perlu menjelaskan pada anak bahwa bullying bukan berarti anak Anda salah atau lebih lemah. Laman Kids Health menganjurkan bagi setiap orang tua untuk meyakinkan si kecil bahwa bullying bukanlah salah mereka. Dengan cara ini, diharapkan si kecil akan merasa lebih percaya diri.
4. Ajarkan bagaimana cara menghadapi bullying
Sebagai korban perundungan, wajar jika anak Anda merasa kesal, geram, malu atau minder. Namun jelaskan pada anak Anda bahwa ia tidak perlu takut, atau minder. Sebaliknya, ajarkan anak untuk menghadapi pelaku bully dengan berani mengatakan “berhenti”, “jangan mengejekku”, “diam”, dan “stop”. Meskipun berani memberikan perlawanan, namun jelaskan pada anak bahwa melawan adalah hal yang berbeda dengan membalas dendam. Hindari melakukan balas dendam pada pelaku bullying untuk menghentikan siklus kekerasan.
5. Terus pantau kondisi anak
Setelah menjadi korban perundungan, orang tua perlu terus memantau kondisi anak. Jika bullying terjadi di sekolah, maka libatkan sekolah untuk berkomitmen mengawasi agar peristiwa bullying tidak terulang. Tanyakan pada anak mengenai bagaimana hari-hari yang ia alami di sekolah dan apa yang ia lakukan jika peristiwa tersebut terulang lagi.
Menjadi korban bullying atau perundungan dapat menyebabkan trauma hingga anak dewasa. Jika anak Anda menjadi korban bullying, selain cara di atas, Anda juga dapat mengajak anak berkonsultasi dengan guru BP sekolah, psikiater atau psikolog untuk membantu anak melewati masa traumanya.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono