Definisi
Rektokel adalah kondisi ketika bagian akhir dari usus besar (rektum) menonjol masuk ke dalam vagina. Penyakit ini terjadi akibat adanya kelemahan atau robekan pada dinding yang memisahkan usus besar dan vagina. Ketika tidak terdapat jaringan yang menopang, menyokong dan mempertahankan satu struktur/organ agar tetap berada pada posisinya, bisa terjadi pergeseran antara satu organ ke bagian organ lainnya.
Rektokel dengan tonjolan yang kecil umumnya tidak menyebabkan gejala. Keluhan seringnya baru timbul bila penonjolan pada vagina semakin besar. Karena itu sulit diperkirakan secara pasti seberapa sering kondisi ini dialami oleh wanita.
Rektokel paling sering terjadi pada wanita lansia yang sudah memasuki masa menapouse dengan riwayat melahirkan secara normal sebanyak 2-3 kali. Robekan terkait persalinan normal bisa memberi tekanan pada jaringan panggul dan menyebabkan kelemahan pada dinding pemisah rektum dan vagina.
Penyebab
Penyebab terjadinya rektokel adalah ketika dinding pemisah vagina dan rektum melemah atau terjadi penekanan yang terlalu tinggi pada dinding tersebut.
Kehamilan dan persalinan normal (melalui vagina), terutama persalinan berulang dapat menyebabkan rektokel. Bisa terjadi kerusakan dan kelemahan pada otot-otot yang menyokong dinding pemisah rektum-vagina. Selain itu, persalinan yang terlalu lama dan berat badan janin yang terlalu besar menimbulkan terjadinya peregangan pada otot dinding pemisah rektum-vagina.
Selain persalinan berulang, beberapa kondisi yang bisa menyebabkan rektokel adalah:
- Penuaan, seiring dengan pertambahan usia kekuatan otot akan melemah.
- Menopouse dikaitkan dengan berbagai perubahan pada fungsi tubuh, salah satunya adalah penurunan kekuatan otot.
- Jika Anda mengalami batuk kronik dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan penekanan pada otot penyusun dasar panggul dan dinding pemisah rektum-vagina.
- Sembelit kronis, pada kondisi ini seseorang membutuhkan tenaga yang lebih kuat seperti mengejan untuk mengeluarkan kotoran. Mengejan terlalu kuat yang dilakukan berulang-kali dalam waktu lama dapat menyebabkan kelemahan pada otot dasar panggul dan dinding pemisah rektum-vagina.
- Riwayat menjalani prosedur operasi pembedahan pada bagian panggul.
- Berat badan yang berlebih.
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya rektokel terdiri dari 2 macam, yaitu:
- Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (diubah) seperti:
- Pertambahan usia
- Faktor genetik yang membuat seseorang terlahir dengan jaringan ikat yang lemah pada dasar panggul
- Faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti:
- Riwayat persalinan normal melalui vagina berulang
- kelebihan berat badan atau obesitas
- Sembelit dan kebiasaan mengejan berulang dalam waktu lama
- Kondisi yang meningkatkan tekanan pada rongga perut, contohnya batuk lama dan riwayat operasi pada rongga panggul.
- Memiliki pekerjaan mengangkat beban berat dapat menyebabkan ketegangan otot dasar panggul.
Selain itu, seorang wanita yang mengalami rektokel juga berisiko mengalami penonjolan pada organ lain seperti sistokel (penonjolan kandung kemih pada vagina).
Anda bisa membaca mengenai penyakit sistokel di sini: Sistokel - Definisi, Penyebab dan Faktor Risiko.
Gejala
Sebagian besar rektokel tidak menyebabkan gejala, terutama bila penonjolan yang muncul masih tergolong kecil. Biasanya keluhan baru dirasakan seiring pembesaran tonjolan dan efeknya pada organ di sekitar tonjolan. Di bawah ini adalah keluhan yang bisa timbul pada rektokel, yaitu:
- Adanya penonjolan pada lubang vagina.
- Kesulitan buang air besar dan sembelit.
- Sensasi penuh dan tertekan pada bagian kelamin atau sekitar dubur.
- Terdapat rasa tidak lampias pasca buang air besar
- Terasa nyeri dan tidak nyaman saat berhubungan seksual.
- Nyeri pada bagian anus.
- Mengalami kesulitan dalam mengontrol tinja dan gas yang keluar dari dubur.
- Nyeri punggung bawah yang membaik saat berbaring.
- Merasa kekuatan otot vagina berkurang dan terasa longgar.
- Penonjolan yang sudah terpapar ke luar kelamin berisiko mengalami luka dan perdarahan.
Diagnosis
Dokter akan melakukan beberapa langkah dan tahapan untuk menegakkan diagnosis rektokel. Biasanya pertanyaan berikut bisa ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan penyebab penyakit, yaitu:
- Keluhan dan gejala yang Anda alami.
- Riwayat persalinan dan prosedur operasi yang pernah dijalani, terutama pada organ reproduksi.
- Riwayat penyakit lain yang sedang diderita.
- Riwayat penyakit pada anggota keluarga, dll.
Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan dan pemeriksaan fisik khusus pada area kelamin dan anus.
Bila diperlukan, pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologi berupa X-ray dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) bisa dilakukan. Pemeriksaan ini umumnya bertujuan untuk membantu konfirmasi diagnosis rektokel. Namun sebenarnya dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter secara langsung sudah bisa mendiagnosis adanya rektokel atau tidak yang terjadi pada Anda.
Tata Laksana
Tata laksana dari rektokel terdiri dari beberapa macam bergantung dengan tingkat keparahan dari rektokel yang Anda alami. Rektokel akan dinilai berdasarkan penonjolannya, apakah masih belum melewati hymen (selaput dara) atau sudah jauh menonjol melewati hymen.
Perubahan Pola Hidup
Untuk menghindari kebiasaan mengejan akibat tinja yang keras, Anda bisa disarankan untuk mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan air putih yang cukup. Hindari juga minuman beralkohol dan minuman berkafein. Anda juga dapat melakukan senam kegel untuk melatih otot panggul. Perubahan pola hidup ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup Anda.
Penggunaan gel pelunak tinja juga bisa diberikan supaya tidak terjadi gejala sembelit.
Ring Pessarium
Apabila langkah-langkah di atas tidak berhasil, maka dapat menggunakan alat ring pessarium yang dimasukkan ke dalam lubang vagina. Alat ini berbentuk seperti cincin, berfungsi menstabilkan kerusakan yang terjadi pada rongga panggul dan menopang jaringan yang menonjol. Alat ini dapat dilepas dan dipasang ulang serta dicuci sebelum digunakan kembali. Penggunaan alat ini menyesuaikan dengan ukuran masing-masing pasien.
Prosedur Operasi
Jika terapi menggunakan alat pesarium gagal dan terdapat gejala sumbatan (obstruksi) usus, maka tindakan operasi perlu dilakukan untuk memperbaiki kerusakan dinding pemisah rektum-vagina. Tujuan dari tindakan pembedahan adalah untuk menguatkan jaringan dan mengurangi terjadinya penonjolan rektum pada lubang vagina.
Komplikasi
Apabila rektokel tidak mendapat penanganan yang tepat, rektokel dapat menimbulkan masalah lain, seperti sumbatan usus. Penggunaan alat pesarium vagina juga bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan ulkus (luka/tukak) pada lapisan vagina. Prosedur operasi rektokel juga berisiko menyebabkan perdarahan dan infeksi pada lokasi operasi.
Komplikasi yang paling sering terjadi setelah melakukan tindakan pembedahan adalah terjadinya penonjolan ulang pada bagian vagina.
Pencegahan
Terdapat beberapa bentuk langkah pencegahan agar Anda tidak mengalami rektokel yaitu:
- Melakukan senam kegel terutama setelah melahirkan. Senam ini membantu menguatkan otot panggul dan vagina.
- Mencegah dan mengobati sembelit dengan cara minum air putih yang cukup dan konsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.
- Hindari sering mengangkat beban berat.
- Kontrol batuk yang dialami dengan melakukan pengobatan apabila sudah mengalami batuk lama.
- Hindari memiliki berat badan lebih atau obesitas dengan cara konsultasi kepada dokter mengenai berat badan ideal Anda.
Kapan Harus Ke Dokter?
Jika Anda mengalami gejala adanya penonjolan jaringan pada lubang vagina. Sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan dokter kandungan terdekat untuk mengetahui penyebab keluhan yang Anda Alami.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma