Meningoensefalitis

Bagikan :


Definisi

Definisi dari meningoensefalitis (ME) dapat dilihat dari arti katanya. Meningen adalah lapisan tipis yang melindungi otak. Jika meningen meradang maka disebut meningitis. Ensefalitis adalah peradangan yang terjadi di otak. Jika kedua keadaan ini terjadi pada waktu yang bersamaan maka disebut meningoensefalitis. Meningitis dan encephalitis memiliki gejala yang berbeda, namun jika terjadi secara bersamaan maka akan menimbulkan gejala seperti nyeri kepala, demam disertai gangguan kesadaran atau kejang. Pada tahun 2020, The Lancet mengeluarkan data persebaran penyakit meningitis di Indonesia, dan melansir bahwa Indonesia memiliki persebaran kasus tertinggi di Asia Tenggara. Penyebab paling sering dari meningoensefalitis adalah virus. Penyakit ini sulit menular namun dapat menyebabkan gejala yang berat. Dapat terjadi pada semua umur, terutama usia yang sangat muda dan pada dewasa yang memiliki faktor risiko terkena meningoensefalitis. 

Penyebab

Peradangan yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa mikroorganisme dari virus hingga jamur. Peradangan dapat terjadi dalam hitungan hari (akut) dan tahun (kronis). Beberapa penyebab meningoensefalitis yang diketahui adalah:

  1. Virus. Virus yang dapat menyebabkan meningoensefalitis adalah virus herpes dan HIV. Virus Herpes merupakan penyebab ME paling sering.
  2. Fungi/Jamur. Jamur dapat menyebar melalui peredaran darah dan menyebabkan meningoensefalitis. Individu dengan imun rendah seperti HIV atau sedang mengonsumsi obat steroid lebih rentan terkena fungal/jamur meningoensefalitis.
  3. Bakteri. Keadaan ini adalah keadaan yang mengancam nyawa dan sangat berbahaya. Dapat menyebabkan komplikasi yang berat seperti kelumpuhan yang permanen.
  4. Parasit. Rute infeksi yang paling umum adalah dari makanan.
  5. Infeksi sekunder. Infeksi awalnya berasal dari bagian tubuh yang lain, kemudian berjalan dan menyebar ke otak/lapisan otak.
  6. Infeksi amoeba. Merupakan bentuk meningoensefalitis yang jarang, disebabkan oleh amuba Naegleria fowleri.
  7. Japanese encephalitis. Merupakan jenis ensefalitis yang disebabkan oleh virus dan sering ditemukan di Asia.

Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya meningitis adalah:

  1. Melewatkan jadwal imunisasi yang sesuai dengan rekomendasi.
  2. Usia muda, sebagian besar kasus terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
  3. Tempat tinggal yang berpemukiman padat.
  4. Kehamilan, selama kehamilan risiko mengalami infeksi meningkat.
  5. Memiliki sistem imun yang rendah seperti diabetes melitus dan infeksi HIV.
  6. Sedang mengonsumsi obat yang menurunkan sistem imun.

Gejala

Meningoensefalitis dapat menimbulkan gejala meningitis dan ensefalitis. Gejala yang pertama muncul dapat berupa:

  1. Penglihatan sensitif terhadap cahaya
  2. Nyeri kepala terus menerus
  3. Kekakuan pada leher
  4. Kebingungan, kejang atau cenderung tidur
  5. Demam
  6. Perubahan dalam perilaku
  7. Halusinasi penglihatan dan pendengaran
  8. Tidak sadar / pingsan
  9. Lesi kemerahan yang melenting, keadaan ini menandakan penyebab dari gejala adalah virus Herpes

Perkembangan gejala dapat terjadi secara perlahan, dimulai dengan gejala yang serupa dengan flu. Pada bayi, gejala timbul dan memburuk dalam 4-11 hari.

Diagnosis

Terdapat tiga komponen yang penting dalam mendiagnosa meningoensefalitis yaitu anamnesa atau wawancara, pemeriksan fisik dan pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan radiologi. Pada pemeriksaan awal, dokter akan mencari sumber infeksi yang menyebabkan meningoensefalitis. Tindakan selanjutnya adalah melakukan wawancara mengenai riwayat gejala dan sudah berapa lama gejala dirasakan oleh pasien. Pemeriksaan tambahan yang dapat membantu dokter dalam menegakkan diagnosa adalah:

  1. Kultur darah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menyebabkan gejala, terutama bakteri. 
  2. Pemeriksaan radiologi seperti Computed Tomography Scan (CT-Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat menunjukkan keadaan kepala seperti adanya peradangan pada lapisan otak atau pembengkakan otak. Pemeriksaan ini juga dapat melihat tempat infeksi di sekitar kepala yang sulit dinilai dengan pemeriksaan fisik.
  3. Pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang dan otak. Pemeriksaan ini merupakan tindakan yang invasif, dapat mendiagnosa meningitis dan membantu dokter dalam mengetahui jenis bakteri yang menyebabkan meningoensefalitis.

Pemeriksaan kultur darah dan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang dan otak membutuhkan waktu yang cukup lama. Selama proses pemeriksaan, dokter akan memberikan terapi untuk mengatasi gejala dari meningoensefalitis.

Tata laksana

Pengobatan pada meningoensefalitis spesifik terhadap mikroorganisme penyebabnya. Pengobatan meningoensefalitis karena infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik melalui jalur pembuluh darah vena dan kortikosteroid untuk meringankan gejala peradangan. Terapi ini dapat mencegah komplikasi seperti pembengkakan otak dan kejang.

Pada infeksi virus, terapi yang dapat diberikan adalah:

  1. Tirah baring penuh
  2. Memastikan cairan cukup
  3. Mengonsumsi obat untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri

Pada kasus lain, pengobatan juga bertujuan untuk meringankan gejala peradangan, sehingga dapat diberikan obat-obatan dari golongan kortikosteroid. Dokter dapat memberikan antibiotik dan pengobatan lain selama menunggu hasil dari pemeriksaan laboratorium. Dengan terapi yang tepat, gejala akan membaik dalam hitungan hari. Pemberian terapi sedini mungkin dapat mencegah komplikasi yang berat. 

Komplikasi

Jika tidak diobati, meningoensefalitis dapat menyebabkan kematian. Komplikasi lain yang dapat timbul antara lain:

  1. Gangguan dalam berpikir, mendengar atau menggerakkan tubuh dan dapat bersifat permanen. 
  2. Mengonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama.
  3. Gagal ginjal.
  4. Kejang yang berulang.
  5. Kehilangan memori dan kemampuan untuk belajar.
  6. Syok.
  7. Gangguan dalam berjalan akibat kelumpuhan atau kelemahan anggota tubuh. 

Pencegahan

Pencegahan dapat diberikan sejak bayi menggunakan vaksin MMR, vaksin untuk mencegah cacar air, vaksin pneumokokus dan vaksin Haemophillus Influenza b (Hib). Hubungi petugas kesehatan untuk mendapatkan informasi dan jadwal pemberian vaksin untuk bayi Anda.

Pada dewasa yang sudah aktif berhubungan seksual, tindakan pencegahan infeksi meningoensefalitis adalah:

  1. Penggunaan alat pengaman pada saat berhubungan seksual.
  2. Menghindari hubungan seksual dengan individu yang pernah terkena infeksi Herpes.
  3. Jika Anda atau orang terdekat Anda sedang mengalami herpes dan sedang hamil pada waktu yang bersamaan, pertimbangkan melahirkan dengan operasi sesar untuk mencegah infeksi langsung ke bayi.

Tindakan sehari-hari yang dapat mencegah penyebaran mikroorganisme penyebab meningoensefalitis adalah:

  1. Sering mencuci tangan.
  2. Menjaga kesehatan dan sistem imun.
  3. Menutup mulut saat batuk atau bersin.
  4. Memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Jika Anda sedang hamil, dianjurkan untuk mengonsumsi daging merah yang matang dan tidak mengonsumsi keju yang berasal dari susu yang tidak dipasteurisasi.

Kapan harus ke dokter?

Meningitis merupakan keadaan gawat darurat dan harus mendapatkan penanganan segera. Meningoensefalitis dapat bermula dari infeksi yang tidak membahayakan. Selalu pantau dan periksakan diri ke dokter jika gejala tidak membaik dengan pengobatan. Gejala meningoensefalitis memiliki kemiripan dengan penyakit lain, sehingga gejala dapat terlihat ringan pada awal perjalanan penyakit. Segera kontrol kembali ke dokter jika gejala tidak membaik dalam seminggu untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.  Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami salah satu gejala dibawah ini, segera ke fasilitias kesehatan terdekat:

  1. Nyeri kepala yang dirasakan terus menerus
  2. Kejang berulang
  3. Demam
  4. Kaku di leher
  5. Kesadaran yang menurun, seperti cenderung tidur atau tampak kebingungan
  6. Gangguan pendengaran dan penglihatan
  7. Tampak lelah
  8. Gangguan dalam berjalan dan menggerakkan anggota tubuh
Writer : dr Erika Indrajaya
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 16:08
  1. Herpes Meningoencephalitis. Hopkinsmedicine.org. (2021). 

  2. iVos, T., Lim, S., Abbafati, C., Abbas, K., Abbasi, M., & Abbasifard, M. et al. (2020). Global burden of 369 diseases and injuries in 204 countries and territories, 1990–2019: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2019. The Lancet, 396(10258), 1204-1222. https://doi.org/10.1016/s0140-6736(20)30925-9

  3. Encephalitis: Causes, risk factors, symptoms, treatment. Cleveland Clinic. (2021). 

  4. Christiansen, S., & Metrus, N. (2021). An Overview of Meningoencephalitis. Verywell Health. 

  5. Howes, D., & Lazoff, M. (2021). Encephalitis: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. Emedicine.medscape.com. 

  6. Tidy, C., & Knott, L. (2021). Encephalitis and Meningoencephalitis (Causes, Symptoms, and Treatment). Patient.info. 

  7. Meningitis - Symptoms and causes. Mayo Clinic. (2021).

  8. Hasbun, R. (2021). What are risk factors for meningitis?. Medscape.com.