Botox adalah prosedur kosmetik yang melibatkan injeksi botulinum toxin pada beberapa area tertentu wajah atau tubuh. Botulinum toxin merupakan zat yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium botulinum.
Zat ini disuntikkan dalam jumlah yang sangat kecil ke dalam otot tertentu seperti di area mata, dahi, di antara alis, atau daerah lain. Botox juga biasanya digunakan untuk mengatasi migrain kronis, keringat berlebihan (hiperhidrosis), atau kasus kejang otot.
Cara Kerja Botox
Dalam prosedur botox, ketika botulinum toxin disuntikkan ke otot tertentu, misalnya seperti di wajah, maka suntikan ini akan memblokir transmisi sinyal dari saraf ke otot tersebut. Akibatnya otot akan menjadi rileks dan kemampuan untuk berkontraksi akan berkurang.
Efek dari prosedur Botox tidak bisa terlihat langsung. Biasanya baru akan terlihat dalam beberapa hari atau beberapa minggu setelah injeksi.
Perlu diketahui bahwa efek dari prosedur botox biasanya bersifat sementara, sekitar 3-6 bulan saja. Setelah itu, efeknya akan berkurang. Saat otot bisa kembali bergerak dan berkontraksi kerutan akan kembali muncul.
Baca Juga: Bolehkah Ibu Hamil Melakukan Perawatan Botox?
Efek Jangka Panjang Prosedur Botox
Secara umum, prosedur botox aman dilakukan. Tetapi, seperti prosedur kosmetik lainnya, prosedur botox juga memiliki efek samping, di antaranya:
- Nyeri, pembengkakan, kemerahan dan memar di area prosedur dilakukan
- Gejala seperti flu
- Sakit kepala
- Sakit leher
- Iritasi mata atau kemerahan
- Perut terasa tidak enak
- Kelopak mata terkulai (ptosis)
Selain efek samping di atas, beberapa efek samping jangka panjang mungkin terjadi, di antaranya:
Keratitis
Ulkus kornea (keratitis) adalah adanya luka terbuka pada kornea. Kondisi ini bisa terjadi sebagai efek samping jangka panjang prosedur botox.
Keratitis ditandai dengan beberapa gejala, di antaranya:
- Kemerahan pada mata
- Sakit parah dan nyeri di mata
- Perasaan adanya benda di mata
- Robekan disertai nanah atau cairan yang keluar dari mata
- Penglihatan kabur
- Kepekaan terhadap cahaya
- Pembengkakan kelopak mata
- Titik putih pada kornea yang mungkin tidak dapat dilihat saat bercermin
Baca Juga: Perbedaan Botox dan Filler, Mana yang Sesuai Kebutuhan Anda?
Retensi urine
Prosedur botox tidak hanya digunakan untuk menghilangkan garis kerutan di wajah. Botox juga telah digunakan dalam pengobatan inkontinensia urine, di mana kandung kemih menjadi terlalu aktif.
Untuk mengatasi kondisi ini, injeksi botox diberikan langsung ke dinding kandung kemih. Injeksi botox bertujuan merelaksasi otot-otot di sekitar kandung kemih sehingga mengurangi kontraksi yang tidak terkontrol dan mengurangi keinginan untuk buang air kecil berlebihan.
Dalam prosedur ini, botox dapat menyebabkan efek samping jangka panjang seperti retensi urine. Retensi urine adalah kondisi di mana kandung kemih tidak mampu sepenuhnya mengosongkan urine saat buang air kecil.
Memburuknya gangguan neurologis
Botox dapat membantu mengurangi kekakuan otot yang tidak terkendali pada kondisi seperti cerebral palsy, multiple sklerosis, atau stroke. Pada beberapa kasus gangguan neuromuskular, botox juga membantu mengendalikan kejang dan kontraksi otot yang tidak terkendali serta membantu pasien merasakan kenyamanan.
Selain kedua efek samping di atas, efek samping jangka panjang botox adalah memburuknya gangguan neurologis yang sudah ada sebelumnya, misalnya peningkatan kekakuan otot yang tidak terkendali atau gangguan neuromuskular lain.
Karena efek samping yang mungkin terjadi, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menjalani prosedur botox. Apabila Anda menyadari adanya gejala tidak biasa setelah menjalani prosedur botox, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Anda juga bisa memanfaatkan layanan konsultasi kesehatan dengan mengunduh aplikasi Ai Care melalui App Store atau Play Store.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr. Monica Salim