Sindrom Pramenstruasi (PMS)

Keluhan sindrom pramenstruasi berbeda-beda pada setiap perempuan dengan derajat keluhan ringan atau sedang.

Bagikan :


Definisi

Sindrom pramenstruasi atau yang juga dikenal dengan nama premenstrual syndrome (PMS), adalah kumpulan gejala yang dialami oleh seorang wanita sebelum memasuki masa menstruasi. Sekitar 90% wanita usia subur pernah mengalami gejala sindrom pramenstruasi.

Dari penelitian yang dilakukan, diperkirakan sekitar 14 hingga 88 persen perempuan remaja memiliki gejala derajat sedang sampai berat. Keluhan biasanya muncul 1-2 minggu sebelum hari pertama menstruasi. Gejala yang timbul dapat berupa gejala fisik, perilaku, atau emosi. 

Sekitar 3-8% wanita usia subur diduga mengalami premenstrual dysphoric disorder (PMDD), bentuk dari sindrom pramenstruasi yang berat dan bisa mengganggu kehidupan wanita sehari-hari. Wanita yang memiliki kondisi ini bisa merasakan keluhan mood swing, kecemasan, sulit berkonsentrasi, gangguan tidur, dan lain-lain.

 

Penyebab

Penyebab sindrom pramenstruasi belum diketahui secara pasti. Namun, para peneliti menyebutkan bahwa kondisi ini berkaitan dengan perubahan hormon seksual dan kadar serotonin pada saat siklus menstruasi dimulai. Peningkatan hormon seksual seperti estrogen dan progesteron dapat memicu timbulnya keluhan fisik, perubahan mood, kecemasan, dan masalah emosional lainnya.

Sindrom pramenstruasi yang dipicu oleh peningkatan hormon akan menghilang pada wanita yang mengalami kehamilan atau telah menopause.

Selain itu, perubahan zat kimia di otak yaitu serotonin juga dapat memengaruhi suasana hati. Kadar serotonin yang berkurang saat menjelang menstruasi bisa menyebabkan perubahan emosi. Pada pasien depresi, di mana kadar serotoninnya rendah, bisa mengalami peningkatan risiko terjadinya sindrom pramenstruasi.

 

Faktor Risiko

Sindrom pramenstruasi dapat dialami oleh setiap wanita. Namun, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami sindrom pramenstruasi, antara lain:

  • Adanya riwayat depresi bisa meningkatkan risiko perempuan mengalami PMS, atau sindrom pramenstruasi yang tergolong berat.
  • Adanya riwayat sindrom pramenstruasi dalam keluarga.
  • Mempunyai riwayat trauma fisik atau emosional.
  • Memiliki kebiasaan merokok atau konsumsi alkohol.
  • Mengonsumsi terlalu banyak makanan yang tinggi garam atau gula.
  • Jarang berolahraga atau melakukan aktivitas fisik.
  • Obesitas atau indeks massa tubuh ≥30.
  • Kurang beristirahat.

 

Gejala

Rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari. Gejala dari sindrom pramenstruasi bisa dimulai setelah ovulasi atau masa subur dan bertahan sampai sekitar 5 hari setelah menstruasi dimulai. Keluhan yang muncul berbeda-beda pada setiap perempuan, dengan derajat keluhan yang bisa bersifat ringan atau sedang. Umumnya gejala yang timbul tidak terlalu memengaruhi aktivitas sehari-hari.

Sindrom pramenstruasi dicirikan dengan adanya gejala fisik dan emosional. Anda bisa merasakan beberapa gejala berikut, yang meliputi:

  1. Gejala Fisik: 
    1. Perut kembung
    2. Nyeri atau kram perut
    3. Bengkak atau nyeri payudara
    4. Sakit kepala
    5. Nyeri pada sendi atau otot
    6. Bengkak pada tangan atau kaki
    7. Munculnya jerawat atau masalah kulit lainnya
    8. Berat badan naik
  2. Gejala Emosional: 
    1. Mudah marah
    2. Cemas
    3. Mudah lupa
    4. Mudah lelah
    5. Konsentrasi memburuk
    6. Depresi
    7. Sulit tidur atau insomnia
    8. Nafsu makan meningkat

Pada beberapa kasus yang jarang, gejala yang dirasakan wanita dapat bersifat berat sampai mengganggu interaksi sosialnya dengan orang lain.  

 

Diagnosis

Wawancara Medis

Umumnya penegakan diagnosis sindrom pramenstruasi tidak memerlukan pemeriksaan khusus. Seorang perempuan dapat dikatakan mengalami sindrom pramenstruasi apabila mereka mengalami minimal satu dari keluhan fisik dan gejala emosional. Gejala yang dirasakan terjadi kurang lebih 5 hari sebelum hari pertama menstruasi dalam siklus menstruasi selama 3 bulan terakhir.

Oleh karena itu, dokter biasanya memerlukan pemeriksaan riwayat siklus menstruasi, sehingga didapatkan tanda dan gejala minimal 2 siklus menstruasi terakhir. Pasien juga sebaiknya memiliki catatan siklus menstruasi secara pribadi atau diari menstruasi, sehingga mempermudah data pemeriksaan dokter. 

 

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, misalnya bagian tubuh yang muncul keluhan. Pada kasus tertentu, di mana dokter mencurigai adanya penyebab spesifik lainnya yang menyebabkan terjadinya gejala pada pasien, dokter mungkin dapat melakukan pemeriksaan penunjang. Salah satu contohnya adalah tes fungsi tiroid, untuk menyingkirkan adanya kelainan kelenjar tiroid sebagai penyebab.

 

Bentuk yang lebih berat dari sindrom pramenstruasi adalah Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). PMDD dapat ditegakkan dengan beberapa kriteria, yaitu:

  1. Adanya minimal 5 gejala dari fisik dan emosional yang muncul dalam seminggu sebelum hari pertama menstruasi.
  2. Gejala disertai dengan adanya keterbatasan atau gangguan sosial, misalnya mengganggu pekerjaan, sekolah, hubungan, atau aktivitas sehari-hari.
  3. Gejala yang timbul tidak berkaitan atau bukan merupakan bangkitan dari penyakit lain, misalnya depresi atau gangguan kepribadian.
  4. Gejala yang muncul harus timbul pada minimal 2 siklus menstruasi.
  5. Gejala yang timbul tidak berkaitan dengan efek dari suatu zat tertentu, misalnya penyalahgunaan obat terlarang atau efek obat tertentu.

 

Tata Laksana

Tujuan pengobatan sindrom pramenstruasi adalah untuk meredakan keluhan yang dialami. Tata laksana utama yang perlu dilakukan untuk meredakan gejala adalah dengan memodifikasi pola hidup, seperti:

  • Melakukan aktivitas fisik atau berolahraga secara rutin.
  • Mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang.
  • Tidur cukup dan berkualitas sekitar 7-9  jam per hari.
  • Berhenti merokok atau minum alkohol.
  • Manajemen stres dengan melakukan konseling atau relaksasi.
  • Mengurangi konsumsi kafein atau menerapkan diet bebas kafein.

Pemberian obat-obatan diberikan sesuai dengan gejala yang pasien rasakan. Beberapa pengobatan yang dapat digunakan untuk menangani sindrom pramenstruasi antara lain:

  1. Obat antinyeri nonsteroid, seperti ibuprofen atau parasetamol. Obat ini terutama bermanfaat untuk meredakan gejala fisik, misalnya nyeri pada perut, payudara, atau bagian tubuh lainnya.
  2. Beberapa vitamin, seperti vitamin B, vitamin D, kalsium, magnesium, dan asam folat juga dapat membantu meredakan gejala.
  3. Pil K, untuk menghentikan ovulasi, sehingga gejala fisik sindrom pramenstruasi dapat mereda.
  4. Obat antidepresan untuk meredakan gejala emosi, tetapi harus dengan indikasi dan resep dokter.
  5. Obat diuretik dapat membantu mengurangi bengkak akibat penumpukan cairan tubuh. Obat ini diberikan atas indikasi dan resep dokter.

Apabila dengan pemberian obat-obatan dari dokter gejala belum membaik atau bertambah berat, maka sesuai dengan rekomendasi tata laksana lanjutan, kemungkinan terapi hormonal atau pengobatan lainnya dapat dilakukan. 

 

Komplikasi

Sindrom pramenstruasi dapat menimbulkan sejumlah komplikasi, seperti:

  • Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD).
  • Terganggunya aktivitas sehari-hari atau interaksi sosial.
  • Gangguan makan, seperti bulimia.
  • Tekanan darah tinggi atau hipertensi.

 

Pencegahan

Hingga saat ini belum ada pencegahan spesifik untuk sindrom pramenstruasi. Hal ini dikarenakan penyebab dari kondisi ini belum diketahui secara pasti. Namun, perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat bisa menjadi salah satu upaya untuk mengurangi risiko terjadinya sindrom pramenstruasi.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Gejala sindrom pramenstruasi dapat hilang dengan sendirinya ketika Anda sudah memasuki fase menstruasi. Namun, apabila gejala dirasa sudah sangat mengganggu, berlangsung terus-menerus, dan tidak membaik dengan pemberian obat-obatan bebas, maka Anda perlu melakukan pemeriksaan ke dokter. 

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : Editor AI Care
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 11:57

Royal College of Obstetricians & Gynaecologists. Management of Premenstrual Syndrome. BJOG 2016; DOI: 10.1111/1471-0528.14260.

Hofmeister S, Bodden S. Premenstrual Syndrome and Premenstrual Dysphoric Disorder. Am Fam Physician. 2016;94(3):236-240.

American College of Obstetricians & Gynecologists. FAQ: Premenstrual Syndrome (PMS). Available from: https://www.acog.org/womens-health/faqs/premenstrual-syndrome.

Mayo Clinic. Premenstrual syndrome (PMS). Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/premenstrual-syndrome/symptoms-causes/syc-20376780.

WebMD. PMS Health Center. Available from: https://www.webmd.com/women/pms/default.htm.

Moreno MA. Premenstrual Syndrome (2021). Available from: https://emedicine.medscape.com/article/953696-overview.

Kapp C. PMS: Premenstrual Syndrome (2019). Available from: https://www.healthline.com/health/premenstrual-syndrome.