• Beranda
  • Self Help
  • Short Sleeper Syndrome, Ketika Hanya Bisa Tidur Sebentar tapi Badan Tetap Segar

Short Sleeper Syndrome, Ketika Hanya Bisa Tidur Sebentar tapi Badan Tetap Segar

Short Sleeper Syndrome, Ketika Hanya Bisa Tidur Sebentar tapi Badan Tetap Segar
Ilustrasi terbangun saat tidur. Credit: Freepik

Bagikan :


Normalnya setiap orang memerlukan durasi tidur selama 6-8 jam per hari. Kurang tidur dapat menyebabkan bangun dalam keadaan tidak segar dan dapat menurunkan konsentrasi dan kemampuan kognitif.

Namun beberapa orang dapat tidur kurang dari durasi normal dan tetap bangun dalam keadaan segar yang dikenal dengan short sleeper syndrome. Berbahayakah kondisi ini? Simak ulasannya dalam artikel berikut. 

 

Apa Itu Short Sleeper Syndrome?

Short sleeper syndrome adalah kondisi dimana seseorang tidur kurang dari 6 jam per hari. Jika normalnya orang membutuhkan tidur selama 6-8 jam per hari, namun pada short sleeper syndrome mereka dapat tidur lebih singkat dan bangun tidur dalam keadaan segar. 

Meski memiliki durasi tidur lebih singkat, namun short sleeper syndrom berbeda dengan kurang tidur. Umumnya orang yang kurang tidur atau durasi tidur kurang dari 6-8 jam per hari akan mengalami beberapa keluhan seperti mudah marah, sulit konsentrasi, kulit kusam, mengantuk, dan badan mudah terasa lelah.

Namun pada short sleeper syndrome, mereka tidak membutuhkan durasi tidur lebih lama. Fungsi kognitif pada pengidap short sleeper syndrome tetap dapat berjalan dengan baik dan badan tetap terasa berenergi setelah bangun tidur. 

Baca Juga: Penyebab Tidur Berlebihan yang Perlu Diwaspadai

 

Tanda-Tanda Short Sleeper Syndrome

Tanda utama short sleeper syndrome adalah hanya membutuhkan waktu tidur 4-6 jam dalam sehari. Pengidap short sleeper syndrome juga dapat menunjukkan tanda lainnya seperti:

  • Tidur kurang dari enam jam, bahkan ketika masih tersedia waktu lebih banyak untuk tidur
  • Tidur tanpa perlu menyalakan alarm atau membatasi waktu tidur
  • Bisa bangun tidur dengan segar meskipun durasinya pendek
  • Bangun tidur terasa segar meskipun durasi tidur sebentar
  • Tidak mengantuk di siang hari

 

Penyebab Short Sleeper Syndrome

Belum diketahui penyebab orang mengalami short sleeper syndrome, namun para ahli menduga kondisi ini disebabkan oleh perubahan genetik secara alami. Menurut para ahli, perubahan genetik ini memungkinkan orang untuk merasa segar dalam waktu tidur yang lebih singkat. Orang yang mengidap sindrom ini secara alami diduga mengalami perubahan pada gen DEC2 atau gen ADRB1.

Penelitian lain mengungkapkan, perubahan genetik terkait short sleeper syndrome menyebutkan bahwa sindrom ini kemungkinan dapat diturunkan secara genetik. Artinya, orang tua dapat mewariskan perubahan gen ini kepada keturunannya. Anak yang mengalami short sleeper syndrome kemungkinan memiliki riwayat short sleeper syndrome dalam keluarga.

Baca Juga: Manfaat Tidur Menggunakan Kaus Kaki, Benarkah Menjadi Lebih Nyenyak?

 

Penanganan Short Sleeper Syndrome

Sejauh ini short sleeper syndrome tidak diketahui dapat menyebabkan komplikasi atau masalah kesehatan lainnya. Kondisi ini tidak memerlukan penanganan khusus karena tidak membahayakan kesehatan. 

Akan tetapi tidak semua tidur dalam durasi waktu singkat adalah short sleeper syndrome. Untuk memastikannya, Anda perlu melakukan pemeriksaan ke dokter. Tidur dalam durasi singkat per harinya bisa mengindikasikan kurang tidur kronis yang disebabkan oleh:

  • Kebiasaan tidur yang buruk
  • Gangguan tidur
  • Terlalu banyak kafein
  • Mengidap gangguan kecemasan atau stres
  • Anda tidak mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang atau melakukan olahraga yang cukup
  • Mengonsumsi obat-obatan

Jika Anda mengalami tidur dalam durasi singkat dan bangun dalam kondisi tidak segar, sebaiknya periksakan ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat. Anda juga bisa memanfaatkan fitur konsultasi untuk membicarakan gangguan tidur Anda melalui fitur konsultasi pada aplikasi AI Care yang dapat diunduh di App Store atau Play Store.

 

Mau tahu tips dan trik kesehatan, pertolongan pertama, dan home remedies lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : Ratih AI Care
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Kamis, 5 September 2024 | 08:05