Definisi
Pruritus merupakan rasa gatal dan kolestasis merupakan istilah medis yang digunakan untuk mendeskripsikan adanya gangguan aliran cairan empedu yang dihasilkan oleh hepatosit 'sel hati atau liver'. Penyebab kolestasis beragam bisa karena faktor yang ada di dalam hati atau di luar hati. Kolestasis juga bisa dipicu oleh obat-obatan seperti eritromisin, steroid, kontrasepsi oral, atau fenotiazin. Gatal dapat timbul pada 20-25% kasus dengan kolestasis. Pruritus merupakan gejala yang cukup sering dan menganggu pada 80-100% pasien dengan penyakit kolestasis hati, termasuk kolangitis bilier primer, kolangitis sklerosing primer, dan kolestasis intrahepatik pada kehamilan. Pada pruritus kolestasis, terkadang tidak ada lesi kulit primer yang tampak terlihat namun terdapat kelainan kulit sekunder akibat garukan yang dilakukan untuk meredakan rasa gatal.
Penyebab
Penyebab pasti pruritus kolestatik belum diketahui hingga saat ini. Diduga ada peranan dari garam empedu, asam empedu, dan bilirubin yang menumpuk sebagai penyebab munculnya pruritus kolestatik. Meskipun demikian, ada beberapa kasus pruritus kolestatik yang tidak mengalami peningkatan kadar garam empedu dan asam empedu. Oleh karena itu, diduga ada beberapa pemicu lain yang berpotensi menyebabkan pruritus kolestatik. Beberapa pemicu yang potensial diantaranya opioid endogen, serotonin, peningkatan kadar asam lisofosfatidik dan enzim auototaksin.
Faktor Risiko
Ada beberapa faktor risiko yang memungkinkan seseorang untuk mengalami pruritus kolestatik. Beberapa faktor risiko yang ada misalnya jenis kelamin perempuan. Pada kasus sirosis bilier primer yang menjadi penyakit yang memicu pruritus kolestasis sebesar 90% nya dialami oleh perempuan. Diduga penyakit ini merupakan penyakit autoimun sehingga merusak saluran empedu yang berukuran kecil dan menengah sehingga terjadilah kolestasis. Kebanyakan kejadiannya pada wanita yang berusia 40 tahun ke atas.
Gejala
Ada beberapa gejala dan tanda klinis pada kasus pruritus kolestasis. Gejala yang timbul umumnya beragam, gatal yang dirasakan dapat bersifat menetap atau hilang timbul, seluruh tubuh atau di area tubuh tertentu. Rasa gatal dengan derajat berat dapat terjadi pada malam hari dan biasanya terjadi di area tangan, kaki, atau area yang tidak tertutup oleh pakaian.
Diagnosis
Diagnosis dari pruritus kolestatik umumnya melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang apabila dibutuhkan.
Pada wawancara medis, dokter akan menanyakan Anda keluhan gatal seperti apa, seberapa berat, dan timbul kapan saja dan sejak kapan. Informasi mengenai gatal perlu Anda utarakan saat bertemu dengan dokter. Selain itu, beberapa riwayat penyakit yang sedang atau pernah Anda alami perlu diungkapkan kepada dokter. Pada kasus pruritus kolestatik, beberapa penyakit terkait hati dapat menjadi kunci dalam proses wawancara medis.
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya beberapa tanda penyakit liver, seperti kulit kuning, spider angioma yaitu tampak ada garis-garis seperti laba-laba di area perut, kuku berwarna putih, ginekomastia 'pembesaran payudara pada laki-laki', xanthelasma, splenomegali 'pembesaran organ limpa', dan asites 'penumpukan cairan di area sekitar perut'.
Pada pemeriksaan penunjang, dokter mungkin akan meminta Anda untuk memeriksakan kadar alkalin fosfatase dan bilirubin langsung atau tidak langsung. Adanya peningkatan pada kedua parameter tersebut mengarahkan ke kondisi kolestasis. Apabila kedua parameter tersebut meningkat, dokter juga mungkin menyarankan untuk melakukan pemeriksaan anti hepatitis C dan antimitokondria antibody untuk menegakkan diagnosis ke arah sirosis bilier primer dan hepatitis C bila ada dugaan sebagai penyebab dari kolestasis. Adanya nilai positif pada antibody antimitokondrial menyatakan bahwa 98% kemungkinan disebabkan oleh sirosis primer bilier. Pemeriksaan penunjang lainnya mungkin akan dilakukan juga untuk mencari penyebab kolestasis lainnya apabila parameter-parameter di atas ditemukan negatif dalam pemeriksaannya.
Tata Laksana
Penanganan, pengobatan, dan terapi pada kasus pruritus kolestatik memiliki beberapa variasi. Dikatakan bahwa kolestiramin menjadi terapi obat utama pada pengobatan pruritus kolestatik. Selain itu, ada beberapa obat lainnya yang menjadi pilihan yang dapat digunakan pada kasus pruritus kolestatik.
Meskipun demikian, ada beberapa penanganan yang sementara dan dapat dilakukan di rumah apabila mengalami pruritus kolestatik. Beberapa penanganan yang dapat dikerjakan antara lain kompres dingin pada area yang gatal, pemberian obat oles yang mengandung anti histamin atau pereda gatal yang dijual bebas di pasaran, dan terpenting hindari siklus gatal – garuk sebisa mungkin karena garukan dapat memperparah rasa gatal yang dialami. Kemudian, penggunaan pelembap minimal dua kali sehari sesaat setelah mandi juga dapat menjadi pilihan yang dapat dikerjakan di rumah untuk mengurangi rasa gatal yang dirasakan.
Penanganan pembedahan terkadang menjadi pilihan apabila penyebab pruritus dikaitkan dengan penyakit keganasan obstruksi pada saluran kelenjar empedu atau penyakit obstruksi lainnya. Dokter akan menyarankan menempatkan pemasangan cincin (stent) untuk melebarkan obstruksi dan juga dapat menangani rasa gatal yang ada. Tranplantasi hati juga dapat dipertimbangkan pada kasus gatal yang dikaitkan dengan kolestasis jinak yang tidak berespons terhadap terapi obat-obatan.
Komplikasi
Komplikasi yang muncul dapat beragam. Umumnya sulit tidur dan bahkan ide bunuh diri dapat menjadi komplikasi yang perlu diperhatikan pada beberapa pasien dengan gatal yang berat. Perempuan dengan kolestasis intrahepatik pada kehamilan yang tidak tertangani dengan baik dan usia kehamilannya sebelum 33 minggu memiliki risiko persalinan prematur. Komplikasi lain yang dapat muncul antara lain liken simpleks kronik, prurigo nodularis yaitu tampak bintil-bintil berwarna coklat kehitaman akibat garukan jangka panjang, dan ekskoriasi 'adanya bekas garukan' yang dapat memicu terjadinya infeksi apabila terdapat luka pada area kulit yang mengalami pruritus kolestatik.
Pencegahan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membantu mencegah pruritis kolestatik dan komplikasinya yang memungkinkan dapat muncul adalah sebagai berikut:
- Hindari penggunaan pembersih dengan pH yang tinggi, seperti pembersih yang mengandung alcohol
- Menggunakan pelembap minimal dua kali sehari sesaat setelah mandi untuk menjaga kadar air di permukaan kulit sehingga tidak mudah merasa gatal
- Hindari menggaruk pada area kulit yang gatal sebab menggaruk dapat menimbulkan proses radang pada kulit
- Menjaga kuku tangan tetap pendek sehingga menurunkan risiko terjadinya luka akibat garukan pada pruritus kolestatik
Kapan Harus ke Dokter?
Apabila Anda merasakan bahwa mengalami gatal yang persisten disertai dengan menurunnya kualitas hidup Anda seperti sulit tidur dan sulit beraktivitas seperti biasanya akibat gatal yang ditimbulkan pada kasus pruritus kolestatik, Anda perlu memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Anda bisa memeriksan diri lebih lanjut ke dokter spesialis kulit dan kelamin (Sp.KK), atau spesialis dermatologi dan venereology (Sp.DV). Dokter akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang tertentu untuk menetapkan diagnosis pasti terkait dan tata laksana yang tepat.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono
Patel SP, Vasavda C, Ho B, Meixiong J, Dong X, Kwatra SG. Cholestatic pruritus: Emerging mechanisms and therapeutics. J Am Acad Dermatol. 2019;81(6):1371-1378. doi:10.1016/j.jaad.2019.04.035
Langedijk JAGM, Beuers UH, Oude Elferink RPJ. Cholestasis-Associated Pruritus and Its Pruritogens. Front Med (Lausanne). 2021;8:639674. Published 2021 Mar 9. doi:10.3389/fmed.2021.639674
Medscape. Pruritus and systemic disease. October 2021. https://emedicine.medscape.com/article/1098029-overview#a5
Bergasa NV. Pruritus of Cholestasis. In: Carstens E, Akiyama T, editors. Itch: Mechanisms and Treatment. Boca Raton (FL): CRC Press/Taylor & Francis; 2014. Chapter 6. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK200923/