Memasuki usia lansia, ada beberapa masalah kesehatan yang sering muncul seperti masalah sendi dan otot, gangguan saraf, penyakit jantung dan pembuluh darah hingga masalah sulit tidur. Sering luput dari perhatian, namun gangguan tidur pada lansia terkadang dapat memicu keluhan lain seperti sakit kepala, pusing, dan menjadi tidak bersemangat dalam aktivitas sehari-hari. Jika tidak ditangani dengan baik maka kondisi tersebut akan menjadi keluhan yang berkepanjangan.
Gangguan Tidur pada Lansia
Dilansir dari WebMD, gangguan tidur pada lansia kerap dialami baik pada pria dan wanita yang berusia di atas 65 tahun. Gangguan ini menyebabkan menurunnya kualitas tidur dan umumnya dapat disebabkan oleh satu atau beberapa faktor. Beberapa gangguan tidur pada lansia di antaranya:
1. Insomnia
Insomnia tidak hanya dapat dialami oleh orang dewasa sejak usia 20 tahun namun juga dapat dirasakan lansia. Gejala insomnia yang kerap dialami lansia adalah susah tidur nyenyak, sering terbangun di tengah malam, sulit tidur kembali setelah terjaga dan hanya bisa tidur selama beberapa jam dalam semalam.
Apabila masalah insomnia belum terlalu parah dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari maka lansia tidak perlu merasa khawatir. Tetapi jika insomnia yang dialami cukup serius maka sebaiknya segera konsultasikan hal tersebut pada dokter.
2. Sleep apnea
Ganguan tidur sleep apnea termasuk masalah tidur yang paling umum dialami oleh lansia. Dilansir dari Mayo Clinic, sleep apnea lebih umum dialami oleh pria dibanding wanita. Pada wanita, sleep apnea juga bisa terjadi pada orang yang obesitas dan menjelang usia menopause. Sleep apnea ditandai dengan mendengkur, meskipun tidak semua sleep apnea ditandai dengan mendengkur dan tidak semua orang yang mendengkur mengalami sleep apnea.
Gejala khas dari sleep apnea adalah napas berhenti ketika tidur yang umumnya hanya bisa disadari oleh orang lain. Gejala lainnya antara lain mulut kering badan merasa kelelahan, sering terbangun atau susah tidur nyenyak dan sakit kepala.
3. Sindrom kaki gelisah (Restless leg syndrome)
Sindrom kaki gelisah adalah masalah saraf dimana seeorang memiliki keinginan tidak terkontrol untuk menggerakkan kaki mereka. Biasanya hal ini dilakukan karena merasa tidak nyaman di bagian kaki. Umumnya sindrom kaki gelisah terjadi pada malam hari saat tidur atau ketika sedang duduk maupun berbaring.
Gejala sindrom kaki gelisah di antaranya adalah ada perasaan berdenyut seperti sedang ditarik, gatal dan ada sesuatu yang merayap pada kaki. Sensasi ini juga bisa dirasakan di anggota tubuh lain seperti tangan, dada atau kepala. Sindrom kaki gelisah umumnya akan hilang pada keesokan harinya namun kondisi ini akan membuat Anda sulit tidur. Beberapa penyebab sindrom kaki gelisah di antaranya adalah adanya riwayat pada keluarga mengalami masalah ini dan juga gangguan zat besi yang terlalu rendah.
4. REM behaviour disorder
Dikutip dari laman AAFP, REM behaviour disorder adalah gangguan tidur di mana Anda sering mengalami mimpi buruk kemudian sering mengalami perilaku kasar atau agresif selama tidur seperti menendang, memukul, berteriak atau mendorong. Penyakit ini sering dikaitkan dengan kondisi psikis seseorang atau kondisi neurologis seperti penurunan daya ingat dalam gejala pikun dan sindrom Parkinson.
5. Periodic limb movement disorder (PLMD)
Periodic limb movement disorder adalah pergerakan berulang pada kaki saat tidur. Kondisi ini ditandai dengan kram atau sentakan berulang pada kaki saat tidur dan bisa terjadi selama 20-40 detik sehingga dapat menyebabkan gangguan tidur dan memicu kantuk berat di siang hari. PLMD bisa disebabkan karena penyakit tunggal atau penyebab lainnya. Namun para ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan regulasi pengantaran sinyal dari otak ke anggota gerak.
Gangguan tidur pada lansia umumnya tidak berbahaya, namun jika terus terjadi tentu dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan mengganggu pasangan tidur Anda. Beberapa gangguan tidur juga dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti diabetes, penyakit ginjal dan lain-lain. Segera periksakan ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.
- dr Hanifa Rahma